Kartupos Dari Alor

Si Ayah baru saja pulang dari Alor, Nusa Tenggara Timur. Ketika ditawari menjadi tim penyeleksi beasiswa di pulau ini, dia langsung setuju. Tapi sesaat kemudian dia mengirim pesan WA ke saya, “Alor itu di mana sih?”

IQ boleh tinggi, TOELF boleh mendekati sempurna, tapi Si Ayah ini gak jago geografi. Dia pikir Alor dekat sama Lombok *keselek*. Untuk yang buta peta Indonesia juga, kepulauan Alor itu di sebelah utaranya Pulau Timor (tahu kan, yang bagian timurnya sudah masuk wilayah East Timor?). Untuk menuju Alor, ada penerbangan dari Kupang (yang ini ibukota provinsi Nusa Tenggara Timur, ada di pulau Timor). Sehari ada dua penerbangan Kupang – Alor (jam 10.00 dan jam 14.00), dan dua penerbangan balik Alor – Kupang (jam 11.10 dan jam 15.10). Penerbangan ini dilayani oleh maskapai Trans Nusa. Lama penerbangan dari Kupang ke Alor adalah 50 menit. 


Sementara itu, ada banyak jalan menuju Kupang. Dari Surabaya ada 4 maskapai yang melayani penerbangan ke Kupang: Sriwijaya, Lion Air, Citilink dan Garuda Indonesia.

Dari Alor, Si Ayah membawakan oleh-oleh kain tenun, kacang kenari, kue-kue, dan terutama cerita. Tentang penduduk Alor yang seumur hidupnya belum pernah keluar dari pulau. Tentang jamuan makan malam dengan Bapak Bupati (menu ikan tentu saja). Tentang Bapak Bupati yang semangat mengirim putera daerah untuk sekolah lagi. Tentang anak-anak yang gembira bermain dengan penyu dan mengembalikannya ke laut setelah mereka puas. Dan terutama tentang alam Alor yang sangat indah, meski penduduk lokal merasa biasa-biasa saja.

Selamat menikmati cerita tentang Alor, lewat foto-foto Si Ayah ini.

The beauty of Alor…

And the people of Alor…

~ The Emak

Pengalaman Pertama Terbang dengan Kelas Bisnis Singapore Airlines

Gara-gara baca blog Derek Low ini, saya jadi punya cita-cita sesekali mencoba terbang first class. Atau business class dulu lah. Kesempatan untuk mencoba kelas penerbangan di atas kelas ekonomi datang ketika saya mencari tiket pulang dari Singapura ke Surabaya.

Saat shopping trip ke Changi airport dengan tujuan menghabiskan voucher seribu dolar, saya tidak mau keluar uang banyak untuk beli tiket pesawat sendiri. Dari Surabaya ke Singapura saya naik Jetstar gratisan hasil menukar poin Skywards Emirates. Sementara pulangnya, saya naik Singapore Airlines, dengan menukar poin Krisflyer yang saya punya dari perjalanan (menang lomba juga) ke New Zealand tahun lalu.

Dari tiket SQ Jakarta – Christchurch via Singapura yang disponsori oleh Tourism New Zealand, saya menabung poin sebesar 11.548. Kalau mau ditukar tiket SQ ekonomi SIN-SUB sebenarnya sudah cukup, malah sisa karena hanya perlu 7.500 poin. Itu pun kalau booking online mendapat diskon 15%, jadi tinggal menukar 6.375 poin saja. Tapi saya pikir-pikir kalau ada sisa poin mau buat apa? Kenapa nggak sekalian pesan tiket bisnis saja?

Ternyata tiket business class SQ untuk rute tersebut perlu 17.500 poin. Diskon 15% untuk pemesanan online menjadi 14.875. Poin saya nggak cukup, masih kurang 3.327 poin. Tapi The Emak yang pinter ini tidak menyerah. Di website SQ sebenarnya diberi pilihan untuk top up poin seharga USD 40 per blok (1000 poin). Tapi tentunya saya ogah kalau harus bayar kemahalan. Intip-intip poin dari kartu kredit, ternyata ada banyak dan ternyata lagi bisa ditukar menjadi Krisflyer Miles (sebelum ini cuma saya tukar ke Garuda Miles). Untuk 1 Krisflyer saya harus menukar 7 poin kartu kredit. Jadi kalau perlu 3.327 poin KF perlu menukar 23.289 poin credit card. Tenang, poinnya masih banyak kok. Penukarannya juga gampang, tinggal log in di akun kartu kredit dan pilih penukaran rewards dengan miles. Dalam dua hari poin kartu kredit sudah ditransfer menjadi Krisflyer. Yay! Kesampaian naik kelas bisnis meski cuma short haul, penerbangan singkat 2 jam 25 menit.

Menukarkan poin Krisflyer dengan tiket bisa dilakukan online, bahkan pembayaran pajaknya pun bisa langsung di sana. Setelah log in ke akun KF, pilih book a flight –> centang pilihan redeem award flight. Nantinya penerbangan yang kita pilih akan dihargai dalam poin KF. Pajak untuk penerbangan saya ini sebesar SGD 108,90 atau sekitar satu juta rupiah (sudah termasuk airport tax di Changi). Memang harus pakai modal sih, tapi hitungannya murah banget karena harga asli tiket bisnis SIN-SUB ini SGD 1.311 atau dua belas jutaan rupiah. Whiiii…

Pertimbangan lain memilih business class, saya perlu memakai lounge SQ untuk menginap di bandara. Lumayan kan menghemat budget penginapan. Hotel di Singapura kan mahal-mahal. Sebelum memesan tiket, saya sudah cek dulu apakah mereka bisa early check in, ternyata bisa sampai 48 jam sebelum penerbangan. Jadi untuk penerbangan saya hari Minggu jam 07.50 pagi, saya sudah bisa cek in Sabtu malam sekitar jam 9. Koper saya yang isinya ransel dan cokelat bisa masuk bagasi. Jatah kelas bisnis sebenarnya sampai 40kg, tapi tas saya cuma 8 kg doang. Oh, iya, saya sempat nyasar antre cek in di economy class, udah kebiasaan, hahaha.

Begitu mendapat boarding pass, saya masuk lagi ke area transit lewat imigrasi. Petugas hanya tersenyum dan bertanya, “Pulang?” Pokoknya petugas nggak akan rewel kalau kita punya tiket keluar dari situ, meski pesawat baru terbang esok harinya. Saya lanjut berbelanja dari jam 9 sampai tengah malam.


Ketika voucher seribu dolar sudah habis dan perut mulai keroncongan, saya mencari-cari lounge SQ. Ternyata lounge mereka ada di atas Enchanted Garden di T2. Ada dua pilihan lounge: SilverKris Lounge dan Krisflyer Gold Lounge. Yang pertama untuk yang punya tiket Suites, First atau Business Class SQ. Lounge kedua untuk member Krisflyer Gold yang punya tiket ekonomi SQ. Saya masuk ke SilverKris yang fasilitasnya lebih lengkap termasuk tempat mandi.

Karena lapar, saya berusaha cari makan di buffet. Tapi karena sudah tengah malam, sajiannya sudah banyak yang habis dan pilihannya tidak menarik. Mau tanya ini itu ke pelayan kok nggak ada yang kelihatan. Akhirnya saya cuma ngemil sandwich timun dan minum jus apel, ditemani mainan baru saya.

Setelah perut terisi, saya mulai mencari-cari kursi dengan posisi strategis yang dekat colokan. Malangnya, tidak semua kursi dekat colokan, dan tidak ada colokan yang ada konektornya. Bayangan saya, seharusnya di semua lengan kursi ada colokan universalnya, seperti yang saya lihat di dekat kolam koi di T3. Tapi mungkin karena lounge ini di T2, belum ada perombakan fasilitas seperti di gedung terminal yang lebih baru. Saya akhirnya pinjam konektor dari petugas karena konektor yang saya bawa sudah terlanjur masuk ke bagasi (pinter!). 

Ketika menemukan kursi dekat colokan di pojok, ada pelayan lelaki tua yang menghampiri saya. “You rest here? I bring pillow.” Begitu katanya dengan bahasa Inggris patah-patah. “Oh, yes, please, thank you,” sahut saya cepat. Si Paman kembali dengan bantal dan selimut Givenchy. Dia mengisyaratkan agar saya mendekatkan dua kursi untuk menjadi flat bed yang nyaman. Alhamdulillah, tubuh saya yang mungil ini bisa muat di dua kursi tanpa tertekuk-tekuk. Saya bisa tidur nyaman sampai jam empat pagi.

Setelah jam empat, lounge mulai ramai oleh orang-orang bisnis beneran yang memakai jas, bersiap-siap untuk penerbangan pagi mereka. Saya sudah nggak mungkin tidur lagi. Mending mandi dulu biar seger. Toilet di lounge ini kelihatan lebih mewah dan lebih wangi daripada toilet biasa yang memang sudah bersih banget di Changi. Di tiap wastafel disediakan sikat gigi, pasta gigi, mouthwash dan sisir. Kamar mandinya pun super mewah, seperti fasiltas di hotel bintang lima. Sabun, shampo dan handuk bersih disediakan. Saya sampai keasyikan mandi pakai pancuran air panas. Capek-capek karena belanja semalaman langsung hilang.

Selesai mandi, saya mampir wastafel untuk mengambil foto. Eh sepertinya kok ada pelayan yang menyelinap untuk membersihkan kamar mandi yang barusan saya pakai. Mungkin memang harus cepat dibersihkan agar bau-bau orang proletar lenyap seketika, hahaha.

Keluar dari toilet, saya disambut bau masakan yang harum menguar. Para koki dan pelayan wira-wiri menyiapkan sarapan. Ada banyak pilihan yang lebih enak daripada roti mentimun. Saya pilih fish congee (bubur ikan) dan poached egg. Saya nggak makan banyak-banyak karena nanti masih ada sarapan kedua di pesawat 🙂

Setelah sempat chatting sebentar dengan Si Ayah yang masih sibuk packing untuk terbang ke alor, saya memutuskan untuk keluar dari lounge. Di setiap terminal Changi ada prayer room yang cukup nyaman dan bersih, buka 24 jam. Tempat wudhu laki-laki dan perempuan juga dipisah. Waktu di Singapore sama seperti WITA, lebih maju satu jam dari WIB, meski posisinya sejajar dengan WIB kita. Jadi jadwal salatnya agak aneh, jam 6 pagi baru masuk waktu subuh.

Sekitar jam 7.20 pagi, kami sudah mulai boarding. Pemeriksaan keamanan cepat dan efisien. Di Singapore, setiap alat elektronik atau gadget harus dimasukkan ke dalam baki sendiri dan diberi nomor. Jadi kalau kita bawa 1 laptop, 1 tablet dan 1 ponsel, akan diberi tiga tiket (nomor). Tapi nggak usah khawatir urusan beginian, asal menurut saja sama petugas. 

Penumpang kelas bisnis dan anggota PPS Club disilakan untuk masuk ke pesawat terlebih dahulu. Saya pun lenggang kangkung sambil senyam-senyum. Begitu sudah dekat ke petugas, saya mengulurkan paspor dan boarding pass. Saya dengar petugas di gate sebelah bisik-bisik, “This is business class first, right?” Tunggu, emangnya tampangku gak meyakinkan ya jadi penumpang kelas bisnis? *sensi* :p   

Enchanted garden lebih cakep kalau difoto dari atas, depan SQ lounge.

Ketika cek in malam sebelumnya, saya meminta kursi yang sebelahnya kosong. Petugasnya mengabulkan, dengan catatan nggak ada jaminan kursi tersebut kosong sampai besok pagi. Eh ternyata satu ruas belakang kelas bisnis kosong semua. Pramugari bercanda kalau saya boleh pilih duduk di manapun, pindah-pindah juga boleh. All mine 😀 Sebenarnya saya pilih kursi sendirian biar gak malu-maluin kalau cengar-cengir sendiri. Maklumlah, pengalaman pertama di business class, kelihatan banget kalau norak-norak bergembira. Saya juga pengen bebas motret-motret tanpa rikuh.


Tahu kalau saya motret-motret, Si Mbak pramugari menawari memfoto saya. Jadi tongsis alias ‘tolong, Sis’. Saya cuma minta difoto sekali saja di kursi sendiri. Si Mbak masih mau motretin yang lainnya lagi, tapi saya kan orangnya pemalu 😀 Lagian dari sudut manapun bakalan begini-begini aja jadinya.

Pesawat yang digunakan di rute ini Airbus A330-300. Di kelas bisnis ini ada 30 kursi dengan formasi 2-2-2, jadi ada lima baris. Desain kursinya masih yang jadul, belum ada refurbishment. Tapi itu aja saya sudah senang. Pramugarinya ada lima, jadi saya punya pramugari privat sebenarnya, hahaha. Pramugari membantu saya menaruh tas saya di atas. Tadinya saya tanya apa tas saya yang isinya gawai dan kamera bisa saya taruh bawah tempat duduk saja. Si Mbak dengan tersenyum manis bilang, “Sorry, not for this aircraft.” Nganu, ternyata kalau di kelas bisnis harus disimpan di atas semua. Gawai, kamera, dompet, buku, paspor dan alat tulis bisa disimpan di kompartemen di depan atau di lengan kursi. Ketahuan deh baru pertama kali naik bisnis 😉


Selanjutnya saya sibuk mengatur tempat duduk saya agar nyaman. Ruang kaki di depan tempat duduk luas banget. Bahkan ketika kaki saya julurkan, nggak nyampai ke kursi di depannya kalau saya nggak memerosotkan diri. Ini memang kabinnya yang lapang atau sayanya yang pendek ya? Kaki saya pun nggak bisa menyentuh tanah. Untungnya bisa ditopang dengan menyetel sandaran kaki bagian bawah. Jadi meskipun menggantung tetap terasa nyaman. Tinggal mencet-mencet tombol kok.

Sesudah nyaman, saya menunggu pesawat tinggal landas. Mungkin di kelas ekonomi masih pada ribut naruh tas kabin ya? Pramugari menawari saya jus jeruk, apel atau tomat. Saya pilih nyobain jus tomat yang ternyata segar sambil baca-baca majalah travel dan window shopping di katalog KrisShop. Sambil dengerin album baru Taylor Swift. Tadinya saya bingung cari colokan untuk headset saya. Biasanya kan di lengan kursi tuh? Kalau di kursi bisnis colokan headset ada di samping sandaran kursi, ehehe.


Pesawat berhasil lepas landas dengan mulus. Setelah tanda sabuk pengaman boleh dilepas, sarapan mulai dihidangkan. Ini yang saya tunggu-tunggu, pengen merasakan makan pakai piring dan gelas beneran, hahaha.

Untuk kelas bisnis, kita bisa memesan makanan spesial lewat ‘Book The Cook’. Menu sarapan pilihannya lebih terbatas daripada menu makan siang atau makan malam. Saya pengen nasi lemak ala chef. Tapi di sini tidak ada keterangan halalnya. Saya tanyakan via email ke mereka dan dijawab oleh kepala kateringnya via telpon langsung. Nasi lemak dan nasi biryani mereka halal, dimasak di dapur khusus. Alternatif lain untuk memastikan mendapatkan makanan halal adalah dengan memesan moslem meal (kategory religious meal). 

Pilihan masakan lain juga ada. Yang mau diet bisa pesan low fat meal. Pesan vegetarian meal pun bisa. Tapi yang paling menarik menurutku adalah yummy meal untuk anak-anak, hehe. Nggak tahu kalau orang dewasa boleh pesan makanan anak-anak apa enggak. Dulu waktu naik Emirates, Big A tidak bisa memesan makanan anak-anak karena usianya sudah lewat 12 tahun. Tapi itu kelas ekonomi…

Nggak pilih menu terlebih dahulu pun nggak papa kok sebenarnya. Pilihan sarapan untuk rute SIN-SUB ini sudah disesuaikan dengan lidah Indonesia. Kalau nggak pesan nasi lemak masih ada nasi uduk, hehehe. Pilihan makan siangnya, untuk rute SUB-SIN lebih menarik. Sarapan dihidangkan dengan roti dinner roll dan mentega yang enak banget. Ditutup dengan buah potong segar dan kopi sedep. Waktu saya pamer foto di path, adik saya @diladol komentar, “Penampakannya langit dan bumi dengan nasi lemak Pak Nasser.” Ya beda kelas kaleee 😀

Saya sarapan ditemani mas Ethan Hawke di film Before Midnight. Telat banget ya nontonnya?

Saya juga sempat mencoba toilet untuk kelas bisnis. Luasnya sama dengan toilet kelas ekonomi, hanya saja amenities-nya lebih bagus. Di toilet ini disediakan sikat dan pasta gigi, sisir rambut dan razor. Sabun cuci tangannya pakai L’occitane yang wangi banget. 

Penumpang kelas bisnis masih terus dimanjakan setelah pesawat mendarat. Kami bisa lebih dulu turun dari pesawat dan bagasi kami datang lebih dulu karena termasuk priority baggage. Jadi ya memang enak naik kelas bisnis. Jujur aja saya nggak bisa pencitraan naik kelas ekonomi kalau memang ada jatah kelas bisnis :)) 


Ada yang pengen nyoba (atau sudah pernah) naik business class juga? Atau malah punya pengalaman naik first class? Maskapai mana yang paling bagus?

~ The Emak
 

Baca juga:
Belanja Habis-Habisan di Bandara Changi
Tempat Nongkrong Paling Asyik di Bandara Changi 

Terbang ke Singapura dengan Tiket Jetstar Gratisan
Terbang Ke New Zealand Dengan Singapore Airlines

Tiket Jetstar Gratis Dari Poin Emirates

Dulu ketika kami masih tinggal di Sydney, Jetstar adalah maskapai murah andalan kami untuk keliling domestik Australia dan juga ke New Zealand. Setelah pulkam ke Indonesia, kami sudah jarang naik Jetstar. Tapi ternyata kami berjodoh kembali ketika saya cari-cari tiket murah dari Surabaya ke Singapura untuk mengambil hadiah voucher seribu dolar dari Changi Airport.

Alhamdulillah, #CeritaChangi saya menang lomba dengan hadiah voucher SGD 1000. Tapi syaratnya, hadiah harus diambil sendiri di bandara Changi. Waduh, saya berarti harus cari tiket murah dan pergi sendirian kalau nggak ingin besar pasak daripada tiang. Karena inginnya berangkat di akhir pekan, biar anak-anak bisa dititip ke Si Ayah, saya kesulitan mendapat tiket murah. Setelah mentok berburu diskon tiket pesawat, barulah saya ingat punya poin Frequent Flyer Emirates dari penerbangan ke Eropa Juli tahun lalu. Bisa dipakai nggak ya?

Ketika mendaftar sebagai anggota Skywards di website Emirates, saya ingat kalau poin mereka bisa ditukar dengan beberapa tiket dari partner airlines, jadi nggak harus ditukar dengan tiket Emirates sendiri. Kadang maskapai partner ini lebih murah tarifnya karena termasuk penerbangan budget. Salah satu partner Emirates adalah Jetstar, yang punya rute Surabaya – Singapura (pp). Eureka!


Berapa sih poin Skywards yang saya punya? Dari tiket SIN-Paris yang saya beli seharga 10 jutaan, saya mendapat 10.500 poin, termasuk bonus 2000 poin untuk anggota baru. Cukup nggak poinnya? Ketika saya intip tarif penukaran tiket Jetstar, rute Surabaya – Singapura harganya 10.250 poin. Hahaha, masih sisa dikit. Rute-rute lain seperti Jakarta – Singapura malah cuma 7.000 poin. Tapi untuk tiket ini kita tetap masih bayar pajak sendiri ya. Untuk tiket saya ini pajaknya USD 26.

Cara menukar poin Skywards menjadi tiket Jetstar:
1. Log in ke akun Skywards
2. Klik menu Emirates Skywards –> Spending Miles
3. Klik Partner Rewards –> Airlines
4. Klik Redeem Miles –> isi formulir berdasar penerbangan yang diinginkan 
5. Klik Submit request

Sebelum mengisi tabel dan mengirim request, kita sudah harus tahu nomor dan jadwal penerbangan yang kita inginkan. Saya cek ini di website Jetstar. Tadinya saya was-was, apakah request ini benar-benar ditanggapi. Juga khawatir tiket pada tanggal tersebut tidak tersedia karena akhir pekan. Eh ternyata hari berikutnya langsung ada jawaban email dari Emirates bahwa tiket saya sudah confirmed, berikut booking number-nya. Saya tinggal membayar pajak, bisa di kantor Emirates di Jakarta (duh!) atau bayar via telepon dengan kartu kredit. Tentu saya pilih yang kedua. Layanan call centre Emirates yang di Jakarta ini bagus. Berbekal nomor booking, saya berhasil membayar pajak via kartu kredit. Beberapa jam kemudian mereka menerbitkan e-ticket yang langsung masuk ke inbox email saya. Gampang banget, semua beres tanpa meninggalkan tempat duduk.



Urusan dengan Emirates beres. Sehari sebelum berangkat, saya mencoba cek in online di website Jetstar. Saya coba dengan dua booking code yang diberikan Emirates. Kok nggak bisa dua-duanya. Saya mulai was-was. Duh, bener nggak nih tiketnya. Akhirnya saya telepon call centre Jetstar di Jakarta. Alhamdulillah tiket saya sudah ada di sistem, besok tinggal cek in di konter Jetstar di bandara Juanda T2.

Cek in kali ini sangat mulus. Dalam tiga menit, saya sudah mengantongi boarding pass, tidak ditulis tangan seperti pengalaman kami naik Jetstar ke Singapura sebelumnya. Mungkin karena penerbangan Jetstar sekarang ini sudah dioperasikan oleh mereka sendiri (Jetstar Asia), bukan oleh Value Air yang pelayanannya jelek. Saya tidak kesal meski penerbangan saya kali ini ditunda satu jam. Mereka sudah memberi tahu sebelumnya ketika saya cek in. Delay karena pesawatnya memang belum sampai dari Singapura.

Saya mendapat kursi di barisan depan, nomor 2. Pramugari dan pramugara menyapa dengan ramah ketika penumpang masuk ke pesawat. Saya dengan pedenya menyapa dalam bahasa Indonesia. Raymond, salah satu pramugara hanya senyam-senyum. Saya baru ingat kalau mereka orang Singapura, hehe. Lha wajahnya kayak arek Suroboyo je.

Raymond ini pula yang melayani saya, memberi snack dan comfort pack. Ternyata di boarding pass saya ada kode tertentu bahwa saya punya voucher untuk ditukar makanan sebesar $10 dan voucher untuk comfort pack senilai $17. Sebenarnya saya juga punya jatah bagasi 20kg, yang tidak saya pakai. Lha wong saya bawanya cuma koper kosong 😀 Kalau dihitung-hitung, pajak yang saya bayar sebesar USD 26 sudah impas dengan fasilitas ini.

Jetstar tidak menyediakan makanan hangat kalau tidak ada pemesanan. Voucher $10 saya tukarkan dengan camilan kacang campur, pringles kecil dan
teh hangat dengan susu. Lumayan lah sebagai pengganjal perut. Comfort set $17 isinya macam-macam. Saya diberi selimut hitam dan satu pak tas berisi bantal leher, sleeping mask, kaos kaki, bolpen, lip balm, hand balm, ear plug dan tisu. Ternyata tas ini bisa dipanjangkan jadi tablet case. Bantal lehernya saya pakai, tapi tidak begitu bagus. Anginnya bocor keluar terus karena klepnya kurang menutup sempurna. Bantalnya kempes melulu. Akhirnya saya menyerah dan tidur tanpa bantal-bantalan.

Alhamdulillah selamat sampai Changi.

Moral of the story: daftarlah jadi anggota frequent flyer SEBELUM membeli tiket mahal, misalnya ke Eropa, Australia/NZ atau Amerika. Poin yang didapat bisa ditukar tiket dengan rute yang dekat-dekat oleh partner airline mereka masing-masing. Mendaftar frequent flyer ini bisa secara online di website masing-masing maskapai. Yang penting kita mendapat nomor keanggotaan yang bisa dicantumkan ketika membeli tiket rute yang jauh-jauh tadi. Poin ini biasanya expire setelah tiga tahun, masih banyak waktu untuk menukarkan tiket yang kita perlukan. Kalau toh hangus juga nggak rugi apa-apa karena daftar FF biasanya gratis. Sampai saat ini saya malah belum mendapat kartu fisik Skywards, padahal poinnya sudah hampir habis 😀

Selamat mengumpulkan poin 🙂

~ The Emak
Follow @travelingprecil

Baca juga:
Belanja Habis-Habisan di Bandara Changi
Tempat Nongkrong Paling Asyik di Bandara Changi
Terbang ke Singapura dengan Jetstar
Pengalaman Naik Jetstar Keliling Australia dan New Zealand
Terbang ke Eropa dengan Emirates

Changi Shopping Trip

100 lembar voucher SGD 10 numpang lewat doang :p

Semua masih ingat kan kalau saya menang lomba #CeritaChangi yang hadiahnya *uhuk* S$1000? Cerita keluarga Precils ketika transit di bandara Changi Singapura terpilih jadi 3 cerita terbaik. Alhamdulillah, rezeki nomplok. Thank you Changi Airport.

Ketika ada pengumuman di akun twitter @bandaraChangi, saya senang campur bingung. Soalnya hadiah harus diambil langsung dan hanya bisa dibelanjakan di bandara Changi. Maaf ya, tiket pesawatnya harus cari sendiri. Saya lebih bingung mencari cara nyampai ke sana daripada bingung vouchernya mau dibelanjakan apa 😀



Tapi The Emak yang pinter ini tentu nggak kehabisan akal. Setelah mengecek semua poin, diskon dan kupon yang dimiliki, akhirnya saya bisa terbang pp ke Singapore dengan pesawat gratisan. Kelas bisnis pula, hahaha. Masih bayar pajaknya sih, tapi kan lumayan daripada bayar pesawat penuh. Nanti hadiahnya nggak ‘nyucuk’. Nggak lucu kan kalau besar pasak daripada tiang, lebih mahal di ongkos daripada yang didapat.

Saya menukar poin Skywards dari penerbangan Emirates ke Eropa bulan Juli tahun lalu dengan tiket Jetstar Surabaya – Singapura. Pulangnya saya menukar poin Krisflyer Singapore Airlines yang saya dapat dari penerbangan ke New Zealand (hasil menang kuis juga) bulan Juni tahun lalu. Cerita saya naik Jetstar dengan tiket gratisan bisa dibaca di sini.

Tiket beres, saya tinggal pilih-pilih mau beli apa. Buka-buka guide Shop & Dine Changi airport malah jadi senewen sendiri. Lha masa’ tas wanita harganya di atas $1000 semua? Harus nombok dong saya. Lupakan deh tas, sepatu dan aksesories branded. Kalau pengen beli barang-barang mewah, SGD 1000 sepertinya sedikit banget.

Tapi saya tetap membuat daftar belanja. Yang utama, saya ingin beli hadiah ulang tahun Big A yang jatuh tanggal 26 Januari. Karena itu juga saya mengambil hadiah sebelum tanggal ini. Little A tentu harus dibelikan mainan. Oke, catet. Emaknya juga. Hasilnya seperti ini daftar belanja saya.

Shopping List:
1. Hadiah untuk ultah Big A (ransel dan bodyshop set)
2. Mainan untuk Little A (Lego friends)
3. Mainan untuk Emak :p
4. Dompet atau kacamata hitam untuk Si Ayah
5. Oleh-oleh untuk Mamah dan Mama
6. Cokelat untuk ponakan-ponakan

Opsional: lingerie, perfume, Uniqlo, Muji Go, travel accessories, snorkeling set, Go Pro, underwater camera housing.

Lalu, seminggu sebelum berangkat saya baru ingat wejangan Ibu saya: “When life gives you money, buy gold.” Nggak persis bahasa Inggris seperti itu sih 😀 Tapi intinya, kalau punya uang lebih, belikan emas untuk investasi. Langsung saya cari tahu apa ada toko emas di bandara Changi. Ternyata ada! Saya juga cek harga dan jenis-jenis emas yang dijual di toko ini. Lumayan kan, kalau berhasil beli emas, nilai uangnya nggak turun. Malah nanti bisa digadaikan kalau sedang perlu :p

Terbang Ke Changi
Saya terbang ke Changi sendiri, dan alhamdulillah selamat mendarat di bandara Changi hari Sabtu sore. Kata perwakilan bandara Changi di Jakarta yang mengadakan kuis, akan ada seseorang yang menjemput, membawa papan nama saya. Ketika saya keluar dari pesawat, kok nggak ada siapa-siapa? Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya saya melihat perwakilan bandara Changi yang berjalan ke arah gate dengan membawa kertas bertuliskan Traveling Precils. Saya hampiri sambil mengenalkan diri. Dia senang bisa bertemu saya dan langsung ke pokok persoalan tanpa basa-basi. Saya senang dengan orang seperti ini 😉 Seratus lembar voucher masing-masing SGD 10 pun berpindah tangan. Saya menandatangani berita acara sambil di-briefing di mana saja bisa berbelanja dengan voucher tersebut. Bada, begitu katanya namanya, juga memberi saran-saran toko mana saja yang bisa saya datangi untuk membeli barang-barang di shopping list saya. Lalu, saya ditinggal sendiri. 

Ada lima menit saya duduk bengong sambil tersenyum nggak jelas. Saya masih bingung, hanya punya waktu 13 jam untuk menghabiskan $1000 karena besok pagi harus segera pulang ke Surabaya. Dari Bada saya diberi tahu kalau ingin belanja tanpa GST, saya harus belanja besok sebelum terbang. Kalau belanja sekarang sebelum saya meninggalkan Singapore, saya tetap harus bayar GST sebesar 7%. Saya nggak begitu ‘mudheng’ bagaimana mekanismenya, tapi akhirnya saya bangkit menuju imigrasi sambil tersenyum ke setiap orang yang berpapasan dengan saya 😀

Public Area & Transit Area
Bandara Changi dibagi menjadi dua area: public area untuk umum dan transit area untuk penumpang yang akan naik pesawat. Di public area, pengunjung bandara non penumpang pun bisa berbelanja dengan bebas. Changi menerapkan diskon GST 7% juga di area umum ini, meski pilihan tokonya tidak sebanyak di area transit.

Setelah keluar dari imigrasi, saya siap-siap menjelajah public area. Dari shopping guide, pilihan toko yang asyik-asyik di public area ada di T3. Saya pun berhasil membeli tas ransel di toko Bratpack untuk hadiah ultah Big A dan juga titipan skin care The Body Shop buat dia. Setiap akan membeli sesuatu, saya selalu bertanya lebih dulu ke penjaga tokonya, apakah mereka menerima voucher Changi Dollars. “Can!” begitu jawab mereka. Setelah yakin kalau voucher bisa benar-benar dipakai, saya semakin bersemangat berbelanja.

Sebenarnya, toko-toko yang lebih menarik ada di area transit. Tapi masalahnya, kalau saya terlanjur di dalam, barang-barang itu harus saya tenteng sampai saya boarding. Kalau belanja sebelum cek in, barang belanjaan ini bisa saya masukkan bagasi. Padahal rencananya saya ingin membelikan Lego set yang cukup besar untuk Little A. Kalau beli di dalam, masa’ harus saya tenteng-tenteng sampai pagi? Haduh, dilema.

Di public area T3 ada dua toko mainan. Tapi dua-duanya tidak punya koleksi Lego yang bagus, tidak ada Lego Friends. Jadi… terpaksa saya memang harus beli dan nenteng Lego di area transit. Akhirnya saya lanjut berbelanja… cokelat!


Saya agak kebablasan berbelanja cokelat di Cocoa & Co. Tapi daripada harus mikir mau ngasih oleh-oleh apa ke adik2, sepupu dan ponakan, mending saya belikan cokelat semua. Saya sendiri alergi cokelat, langsung batuk begitu mencoba. Hiks. Sebelum belanja cokelat, saya sudah jalan-jalan ke toko-toko lain, tapi malah bingung mau beli apa.

Public Area T3
Public Area T3

Saya punya tiket SQ kelas bisnis untuk penerbangan esok harinya. Menurut website SQ, saya bisa cek in 48 jam sebelum jam penerbangan saya. Jadi saya beres-beres hasil belanjaan saya sampai saat ini, masukkan ke koper yang saya bawa dan cek in. Ternyata memang bisa early cek ini sehari sebelumnya. Koper saya beratnya sekitar 8 kg. Lumayan lah beban nenteng koper sambil belanja berkurang. Dengan berbekal boarding pass, saya melangkah ke imigrasi dan mulus masuk ke transit area T2. Saat itu jam 9 malam. Saya belum merasa lapar dan masih sanggup untuk kembali berbelanja, hahaha.

Target pertama cari Lego untuk Little A. Ada dua toko mainan di dekat Enchanted Garden di T2, sebelah-sebelahan. Saya bandingkan harga legonya, ternyata lebih murah di Kaboom. Akhirnya saya beli Lego Friends Lighthouse seharga $70. Uhuy, saya senang kalau harganya pas begini. Kalau harganya bukan kelipatan $10, terpaksa saya harus nombok sendiri kelebihannya karena toko tidak memberi kembalian untuk pembayaran dengan voucher. Kalau mau disumbangkan ke toko ya monggo. Saya sih ogah, haha. Jadi di beberapa toko, saya genapkan dengan membeli benda-benda kecil lain, tapi ada yang memang harus nombok yang saya bayar dengan uang receh sisa ke Singapore tahun lalu atau bayar dengan kartu kredit. Oh, ya, kalau belanja di area Transit ini, kita harus menyerahkan paspor dan boarding pass untuk dipindai.

Sukses membeli mainan untuk Little A, saya mencari mainan untuk diri sendiri :p Ada toko ‘mainan’ iStudio di dekat situ. 

Kanan: mainan Little A. Kiri: mainan The Emak :p

Alhamdulillah, Little A dan Emaknya sudah dapat mainan. Sekarang saatnya menghabiskan sisa voucher dengan bijak. Saya mencari toko perhiasan yang menjual emas 22K dan 24K. Saya belum tahu apa yang akan saya beli, tapi di sana pas ada stok emas murni 5gr yang harganya terjangkau oleh sisa voucher saya. Ya udah, memang niatnya untuk disimpan kok, bukan untuk perhiasan. 

Setelah membayar belanjaan di Luvenus, saya baru sadar kalau voucher saya tinggal 5 lembar, dan saya belum beli apapun untuk Si Ayah. Dan untuk Mamah dan Mama Mertua. Dududu. Saya baru menyesal kebanyakan belanja cokelat dan permen. Ketika saya berangkat, sebenarnya Si Ayah nggak minta apa-apa, tapi kasihan juga kan kalau nggak dibelikan. Saya mondar-mandir di toko-toko fashion untuk laki-laki sambil ngintip harga kalau penjaga tokonya sedang nggak lihat. Duh, untung nggak pingsan setelah tahu harganya.
 

Saya menyerah setelah window shopping di beberapa toko. Akhirnya saya mampir ke toko teh TWG untuk berbelanja oleh-oleh teh premium. Dengan sisa voucher 1 lembar saya baru ingat kalau adik saya Diladol minta dibelikan magnet kulkas singapur. Eyaelah. Agak susah belanja magnet kulkas. Di bagian yang murah saya nyeletuk, “Dih, jelek banget bahan dan disainnya.” Di bagian magnet yang bagus disainnya dan kuat bahannya, saya nyeletuk, “Ih, mahal amat.” Akhirnya saya beli magnet kulkas kelas menengah sambil nyomot satu buku di Relay. Mission accomplished. Sorry Darling.

Saat itu jam 12 malam dan saya terseok-seok membawa barang belanjaan. Toko-toko mulai tutup dan perut saya keroncongan. Malam ini mau nggak mau harus menginap di Changi karena sudah cek in. Trus saya ingat, saya kan bisa masuk bisnis lounge SQ? Di sana kan ada makanan? Hahaha.

Berikut hasil perburuan saya di Changi Airport, gak tahu dapat mahal apa murah,lha wong saya juga gak tahu harga pasarannya 😀

No Item Shop Price Voucher Cash/CC
1 Herschel Backpack Bratpack T3 B2 PA 96.78 9 6.78
2 Tea Tree gift bag Bodyshop T3 B2 PA 47.48 5 0.00
3 Cocoa & Co Cocoa & Co T3 B2 PA 90.96 9 1.00
4 Ovomaltine+tic tac Candy Empire T3 L2 PA 10.19 1 0.20
5 Lego Friends Lighthouse Kaboom T2 L2 TA 70.00 7 0.00
6 iPad Mini iStudio T2 L2 TA 315.89 31 5.89
7 24K Gold 5gr Luvenus T2 L2 TA 337.50 33 7.50
8 Tea gift pack TWG T2 L2 TA 46.72 4 6.72
9 Book + fridge magnet Relay T2 L2 TA 20.84 1 10.84
TOTAL 100 38.93

Kalau kalian punya voucher SGD 1000, mau dibelanjain apa di bandara Changi?

~ The Emak
Follow @travelingprecil

Baca Juga:
Tempat Nongkrong Paling Asyik di Bandara Changi 
Terbang ke Singapura dengan Tiket Jetstar Gratisan
Terbang Bersama Keluarga ke Singapura dengan Jetstar

Cara Transfer SMS Banking BRI Syariah

Cara Transfer SMS Banking BRI Syariah beserta contoh transfer ke bank mandiri BCA BNI BRI dll beserta daftar kode tujuan pemindah bukuan.

Kalo misalnya nanti sudah menu UMB pada operator masing-masing, maka transaksi melalui HP lebih baik menggunakan UMB Mobile banking dari pada SMS. Karena sekarang belum ada, catat saja beberapa format perintah SMS Banking BRI Syariah Berikut

Semua SMS di

Cara Daftar dan Format SMS Banking BRI

Baru kemarin saya bikin artikel yang isinya lebih menyarankan menggunakan UMB mobile banking di banding SMS banking, eh sekarang malah bikin artikel mengenai panduan SMS banking itu sendiri, jadinya seperti kontradiktif. Tidak konsisten.

Terpaksa saya lakukan, karena setelah saya lihat pada menu UMB *141#, Bank BRI belum menyediakan layanan ini. Jadi buat teman-teman nasabah bank BRI, yang ingin

Tinggalkan SMS Banking, Gunakan UMB *141#

Khususnya bagi seorang pelupa, atau, pemalas yang  tak mau mengingat kata kunci perintah-perintah  transaksi sms banking. Dengan UMB mobile banking,  cukup mengingat satu akses  untuk  semua bank , ketik : *141#, setelah itu, silahkan ikuti perintah sesuai dengan rekening  yang di miliki. Selesai deh panduannya.  Singkat. Padat. Dan tidak jelas.

Semua Bank. Semua GSM ; *141#

**
Saya ingin