Pengalaman Naik China Airlines Rute Surabaya – Singapura

Menu sarapan China Airlines rute Surabaya-Singapura

Sekarang ini, pilihan maskapai yang melayani rute Surabaya – Singapura semakin banyak. Untuk penerbangan budget ada Tiger Air dan Jetstar (Air Asia masih dihentikan), sementara untuk penerbangan reguler ada Garuda Indonesia, Silk Air, Singapore Airlines dan China Airlines. Maskapai yang terakhir ini punya jadwal berangkat paling pagi dari Surabaya, jam 06.05 dan pulang paling akhir dari Singapura, jam 21.45. Jadi kalau ingin menghemat penginapan ketika jalan-jalan di Singapura, bisa memilih China Airlines.

Kami pertama kali naik China Airlines ketika pulang dari jalan-jalan ke Eropa. Waktu itu kami naik Emirates via Singapura. Tiket dari Singapura ke Surabaya saya beli sendiri, dan jadwal yang nyambung adalah China Airlines. Harga tiket one way waktu itu (Juli 2014) sebesar SGD 128 atau Rp 1.251.700 per orang. Saya membeli tiket langsung dari website China Airlines menggunakan kartu kredit keluaran bank di Indonesia. Jangan lupa untuk membawa kartu kredit yang digunakan untuk membeli karena akan diverifikasi ketika cek in di bandara Changi.

Ketika diundang oleh Singapore Tourism Board minggu lalu untuk merayakan HUT Emas atau Golden Jubilee, saya dibelikan tiket China Airlines karena jadwalnya sesuai. Dengan maskapai ini, saya mendarat di Changi jam 9.25 pagi dan bisa langsung jalan-jalan bekerja. Tiket pp untuk China Airlines sekarang ini sekitar Rp 3 jutaan, sudah termasuk pajak bandara, makan dan bagasi 20 kg. Harga tiket penerbangan full service ini masih lebih murah daripada Garuda Indonesia atau Singapore Airlines.

Pesawat untuk rute ini menggunakan Airbus 330-300. Di kelas ekonomi, penataan kursinya 2-4-2. Kursinya sendiri cukup nyaman, dengan sandaran kepala yang bisa diatur. Mirip-mirip lah dengan kursi Garuda. Penumpang juga diberi bantal dan selimut. Sistem entertaintment mereka standar saja, masih kalah dengan Garuda. Headset sudah disediakan. Saya sempat mencoba mendengarkan lagu-lagu grammys. Pengen nyoba nonton film, eh kok menunya balik terus ke bahasa Mandarin :)) Jadinya pasrah aja mendengarkan mas Sam Smith nyanyi.

Pramugari yang melayani penumpang maskapai ini cukup cekatan, meski bahasa Inggris mereka tidak fasih (dari pengalaman saya berinteraksi dengan beberapa pramugari). Semua berwajah oriental dan cantik-cantik (ya iyalah, kan perempuan).

Makanan yang disuguhkan di penerbangan dari Surabaya cukup enak. Mungkin karena kateringnya Indonesia ya, jadi cocok sama lidah saya. Menu sarapannya opor ayam dengan ketupat dan sedikit buncis dan jagung sayur. Masih ditambah buah potong dan muffin pisang. Untuk minuman panas tersedia teh atau kopi. Tehnya tawar dan encer tanpa gula, bukan nasgitel 🙂

Sebenarnya rute pesawat ini adalah Surabaya – Singapura – Taipei. Ketika cek in, saya bareng dengan mbak-mbak TKI yang akan ke Taipei. Mereka masih muda-muda, bisa antre boarding dengan tertib dan tidak berisik. Berbeda banget dengan pengalaman saya dan keluarga pulang dari Singapura menuju Surabaya. Waktu itu, kami sudah capek dari penerbangan dari Paris, sementara China Airlines tidak bisa menerima cek in awal. Konter baru buka 3 jam sebelum penerbangan. Setelah cek in, kami langsung ke ruang tunggu boarding. Di situ kami dikejutkan oleh dengungan mbak-mbak TKI yang mau pulang mudik dari Taipei. Mereka ngobrol nonstop penuh sukacita dengan bahasa daerah masing-masing. Tidak hanya ketika menunggu boarding, ketika di dalam pesawat pun dengungan mbak-mbak ini tidak reda. Saya yang sudah terlalu capek hanya sanggup memejamkan mata, tapi telinga tetap berdenging. Sajian makan malam yang diberikan pramugari tidak saya sentuh (menunya ayam juga) saking capeknya. Menu makan untuk anak-anak kelihatan lebih enak, karena ada camilan, cokelat dan susu. Tapi sayang, Little A juga sudah ketiduran. Jam 11 malam, kami tiba kembali di Surabaya, menyaksikan pelukan kangen antara mbak-mbak penyumbang devisa dengan keluarga yang menjemputnya.

China Airlines bisa jadi maskapai pilihan untuk ke Singapura untuk yang mencari penerbangan full service tapi harganya tidak terlalu mahal. Apalagi dengan jadwal pergi pagi pulang malam, kita bisa menghemat penginapan di Singapura. Oh, ya, karena maskapai ini termasuk anggota Skyteam, kita bisa mendapatkan miles dari keanggotaan Garuda Miles. Cukup tunjukkan kartu atau sebut nomor Garuda Miles kita saat cek in. Lumayan, nanti poinnya bisa buat terbang lagi 🙂


 
Disclaimer:
My China Airlines ticket from Surabaya to Singapore was paid by Singapore Tourism Board. But all opinions expressed by me are 100% authentic and written in my own words.

Memesan Penginapan, Paling Murah Pakai Apa?

Little A di Kids Suite Hard Rock Hotel Bali

Mencari, membandingkan dan memesan penginapan secara daring (online) sekarang ini mudah banget. Banyak situs pemesanan hotel yang mudah digunakan, dan menerima pembayaran dari berbagai macam cara. Lalu, bagaimana cara memilih website atau apps booking agar dapat harga yang paling murah? Golden rule-nya adalah: selalu cek toko sebelah. Saya sendiri minimal membandingkan tiga website pemesanan penginapan, misalnya Agoda, Booking dot com dan website resmi hotel tersebut. Jangan pernah terjebak dengan diskon besar atau potongan harga. Bisa jadi harga sudah dinaikkan terlebih dahulu sebelum didiskon. Jangan fanatik dengan satu booking engine tertentu, selalu cek toko sebelah!

Setiap website booking engine selalu ada kelebihan dan kekurangannya. Agoda mungkin harganya paling murah untuk hotel-hotel di Asia, tapi di Australia, seringkali Wotif yang harganya lebih juara. Venere bisa jadi tarifnya paling murah di Eropa, tapi mungkin kita perlu memesan lewat Booking.com supaya mudah membatalkan kalau ada perubahan rencana. Berikut ulasan booking engine dari pengalaman The Emak.

1. HotelsCombined
Ini website andalan The Emak untuk membandingkan harga suatu hotel dari berbagai situs pemesanan hotel terkenal seperti Agoda, Venere, Hotels, Booking dot com dan lain-lain. Kelebihannya, website ini sudah langsung membandingkan harga beserta pajak yang  harus kita bayarkan, juga menghitung total harga yang harus kita keluarkan, sesuai berapa malam kita menginap. Dari website ini kelihatan booking engine mana yang menawarkan harga paling murah untuk hotel tersebut di tanggal tertentu. Kalau kita klik harga termurah, kita langsung diantar ke website booking engine karena HotelsCombined hanya bertugas membandingkan harga. Jangan khawatir, layanan ini gratis kok.


2. Website Hotel atau Telepon Langsung 
Kadang website resmi hotel menawarkan harga yang lebih murah daripada booking engine, terutama kalau mereka sedang punya promo. Saya selalu cek website resmi penginapan sebelum mengambil keputusan mau memesan lewat mana. Untuk beberapa hotel kecil di Indonesia, kadang lebih mudah memesan via telepon, seringkali tidak diperlukan deposit apapun. Seperti ketika saya membawa anak-anak keliling Jawa naik kereta, beberapa hotel saya pesan via telepon. Ketika saya memesan Hard Rock Hotel di Bali, harga terendah saya temukan di website resmi mereka.

3. Agoda
Website Agoda adalah andalan saya untuk booking hotel di wilayah Asia. Harganya memang lebih murah daripada booking engine lainnya untuk wilayah Asia. Untuk member Agoda, ada rabat berbentuk poin yang nilainya sekitar 5% dari nilai pesanan hotel kita. Setelah mencapai jumlah tertentu, poin ini bisa kita tukarkan untuk mendapatkan potongan harga atau bahkan menginap gratis. Lumayan kan buat staycation. Perlu dicatat, harga Agoda di pencarian awal belum termasuk pajak, jadi di akhir pemesanan, ada tambahan biaya yang harus kita bayarkan. Pemesanan Agoda ini bisa dibayar melalui kartu kredit atau paypal. Nggak punya keduanya? Boleh pesan via The Emak melalui DM twitter (@travelingprecil) atau FB messenger. Harga sama kok, dan biasanya nggak masalah pesanannya dibayarkan dengan kartu kredit orang lain asal nama yang cek in sama dengan nama di voucher hotel. Mention @travelingprecil ya kalau perlu bantuan booking via Agoda, nanti bayarnya via transfer ke rekening bank The Emak.

4. Booking.com
Website ini tampilannya simpel dan mudah digunakan. Salah satu keunggulan Booking dot com adalah fitur ‘pembatalan gratis’. Fitur ini penting bagi traveler yang itinerary-nya belum fixed. Saya menggunakan pemesanan hotel di booking dot com untuk melengkapi syarat visa Schengen. Waktu itu itinerary kami di Eropa belum final, sementara dokumen untuk visa harus segera diajukan. AKhirnya saya memesan beberapa penginapan melalui Booking dot com dengan fitur ‘pay later, free cancelation‘ atau bayar nanti, gratis pembatalan. Setelah visa saya dapatkan, dan ternyata itinerary kami berubah, pesanan hotel saya batalkan. Proses pembatalan mudah dan gratis melalui website mereka.

5. Wotif
Wotif adalah website andalan saya untuk mencari penginapan di Australia dan New Zealand. Hampir semua penginapan di wilayah Oceania, mulai dari yang mewah sampai yang budget seperti motel atau hostel ada di wotif. Tarif di wotif untuk wilayah ini relatif lebih murah daripada di booking engine lain, meskipun ada biaya pemesanan sekitar $4.

6. Accor & IHG
Accor dan Intercontinental Hotel Group (IHG) adalah kelompok hotel waralaba (chain hotel) langganan saya. Alasannya sederhana sih, hotel Novotel dari Accor dan hotel Holiday Inn dari IHG bisa mengakomodasi dua anak dalam satu kamar tanpa harus membayar ekstra bed. Novotel menyediakan dua double bed dalam satu kamar atau satu queen bed dan satu sofabed. Untuk dua dewasa dan dua anak sampai usia 16 tahun, tidak perlu memesan kamar kedua atau ekstra bed. Kami pernah menginap di Novotel Canberra, Sydney Olympic Park, Novotel Clarke Quay Singapura dan Novotel Brussel Off Grand Place. Holiday Inn juga menyediakan dua double bed dan malah kasur mereka lebih lebar daripada Novotel. Kalau sering menginap di hotel-hotel yang termasuk dalam grup Accor atau IHG, sebaiknya mendaftar keanggotaan mereka agar bisa mendapatkan poin setiap kali menginap. Poin tersebut nanti bisa ditukar dengan bermalam gratis seperti pengalaman kami menginap di Holiday Inn Penang.
  
7. Hotel Quickly
Hotel Quickly adalah app yang bisa dipasang di hp android maupun iOS. App ini dirancang khusus untuk pemesanan hotel mendadak, malam ini atau besok. Tarif hotel yang ditawarkan cukup murah dengan promo last minute booking. Pasang app ini di hp untuk memudahkan sewaktu-waktu perlu pesan hotel mendadak di suatu kota, atau cuma ingin staycation seperti yang pernah kami lakukan di Swiss Belinn Surabaya. Pengen dapat diskon Rp 130.000? Unduh app Hotel Quickly di iTunes Store atau Google Play dan redeem (tukarkan) kode promo dari The Emak: AKUMA72. 



8. AirBnb 
Airbnb adalah website pemesanan bed & breakfast, atau tempat menginap yang disediakan perorangan, bukan hotel atau motel. Memesan melalui airbnb menjadi alternatif ketika hotel di suatu kota tarifnya sangat mahal. Biasanya tarif airbnb lebih murah daripada hotel. Kadang pemilik menyewakan satu kamar kosong yang ada di apartemennya atau rumahnya, atau seluruh apartemennya. Tinggal di airbnb juga terasa seperti tinggal di rumah warga lokal, tentu pengalamannya berbeda dari tinggal di hotel biasa.

Kami pernah memesan apartemen di Paris melalui airbnb. Caranya bisa dilihat di tautan ini. Untuk liburan di Ubud bulan Oktober nanti, saya juga sudah memesan vila melalui airbnb. Pengen dapat voucher airbnb $25 (sekitar Rp 333.000)? Daftar airbnb melalui link ini ya: www.airbnb.com/c/akumalasari. Lumayan banget kan, voucher segitu bisa buat menginap gratis semalam di Jogja atau Solo lho 🙂

9. HostelWorld
Ini website andalan untuk mencari dan memesan hostel. Saya pernah menggunakannya untuk memesan hostel di Boat Quay Singapura. Ternyata anak-anak boleh kok menginap di hostel, asal memesan kamar privat, bukan kamar asrama. Enaknya booking di hostelworld, kita hanya perlu membayar deposit 10% dari harga kamar, sisanya bisa dibayar ketika cek in. Misalnya tarif satu malam di kamar asrama hostel di Singapura sebesar Rp 300 ribu, cukup bayar Rp 30 ribu untuk booking.



 
10. Website Lokal: Tiket, Traveloka, Nusatrip
Saya belum pernah sih memesan hotel via website lokal, tapi sudah sering menggunakan booking engine tersebut di atas untuk membeli tiket pesawat. Keuntungan dari memesan via booking engine lokal adalah pembayarannya bisa melalui transfer bank atau internet banking, tidak harus punya kartu kredit.

Gimana, sudah siap berburu penginapan untuk liburan? Jangan lupa memanfaatkan poin, voucher, diskon, promo yang ada. Gakpapa dibilang Emak-Emak banget, yang penting sekeluarga bisa sering-sering piknik :p

~ The Emak
Follow @travelingprecil

Review: TabunganMu Mandiri Mitra Usaha

Sudah cukup lama saya meninggalkan bank mandiri, yah mungkin sekitar  5-6  tahun lalu. Selama itu pula saya tidak pernah mikir mau balik lagi. Dengan embel-embel bank terbesar sekalipun saya tidak tertarik.  Bahkan dengan banyak inovasi dalam pengembangan elektronik banking yang dilakukan bank mandiri sekalipun, saya tetap tidak berminat.

Bahkan saya punya pengalaman, ketika bos saya

Terbang Gratis dengan Garuda Miles

Duo Precils di Garuda Indonesia DPS – PER

Siapa sih yang nggak mau terbang gratis? Naik pesawat full service lagi, bukan pesawat LCC. Kalau The Emak sih mau melakukan segala cara (yang halal lah) biar bisa dapat gratisan tiket pesawat. Salah satu caranya adalah dengan mengumpulkan poin frequent flyer alias miles.

Jujur saja, kami nggak sering terbang dengan Garuda, meski menurut kami Garuda memang pilihan paling oke. Biasanya sih, The Emak yang ngirit ini selalu memilih tiket pesawat yang paling murah saat itu, dan biasanya bukan Garuda kalau nggak sedang promo. Tapi, di beberapa kesempatan kami memang memilih terbang bersama Garuda, bukan karena harga tiketnya, tapi karena layanannya. Misalnya ketika saya sendirian membawa duo precils terbang dari Surabaya ke Perth. Males naik pesawat budget kalau nggak ada bala bantuan. Juga ketika kami pulang kampung berempat dari Melbourne ke Surabaya, dengan bawaan segambreng. Kami perlu tiket yang sudah termasuk bagasi, dengan 4 tiket Garuda kami bisa dapat bagasi gratis 120kg. Namanya juga pindahan…

Nah, saat tahu kalau mau beli tiket mahal, saya mendaftarkan diri dan juga Si Ayah jadi anggota Garuda Miles (dulunya GFF) melalui website-nya. Gampang dan gratis. Daftarnya sebelum beli tiket atau setidaknya sebelum terbang ya, biar poinnya bisa masuk. Untuk penerbangan dari Denpasar ke Perth, saya dapat 1600 poin, sementara penerbangan dari Melbourne ke Denpasar saya bisa dapat 2044 poin. Perolehan poin ini bisa dicek di website Garuda Miles.

Moral of the story: daftarlah frequent flyer maskapai tertentu sebelum membeli tiket mahal.

Ini berlaku untuk semua maskapai, bukan cuma Garuda saja. Lumayan kok, poinnya nanti bisa ditukar jadi tiket pesawat gratis. Masa berlaku miles sampai 3 tahun. Saya pernah menukar tiket pesawat Jetstar dari poin Skywards Emirates dan menukar tiket Singapore Airlines kelas bisnis dari poin Krisflyer. Padahal saya nggak sering terbang dengan dua maskapai tersebut.

Trus darimana dapat poin kalau tidak sering terbang? Nah, untuk urusan poin/diskon/kupon ini, tanyakan langsung pada ahlinya 😀 Poin Garuda Miles tidak hanya didapat pas terbang aja, tapi bisa dikumpulin dengan cara lain, yaitu:

1. Menukar poin dari kartu kredit
Biasanya tiap bank punya kurs tertentu untuk menukar poin transaksi kartu kredit menjadi miles. Yang paling cepat mengumpulkan Garuda Miles tentu dengan kartu kredit rekanan Garuda, yaitu BNI Garuda dan Citibank Garuda. Tapi selain dari bank tersebut juga bisa kok.

2. Menukar poin dari kartu debit (tabungan)
Nggak punya kartu kredit? Kita masih bisa mengumpulkan Garuda Miles dari poin tabungan. Tapi tidak semua tabungan punya program pengumpulan poin seperti ini. Setahu saya hanya Bank Commonwealth (TBH) dan Bank Mandiri (fiestapoin) yang bisa ditukarkan dengan miles.

3. Menulis review di Tripadvisor
Buat kamu yang suka menulis review, rajin-rajinlah menulis di tripadvisor tentang hotel, restoran atau tempat wisata yang pernah kamu kunjungi. Lumayan lho bisa dapat antara 25-150 poin per ulasan yang cuma 200 kata minimal.

4. Menukar poin Telkomsel 
Setiap 770 poin bisa ditukar dengan 500 miles. Tapi entah mengapa saya tidak pernah mencapai poin segitu 😀

5. Belanja, Sewa Mobil, Menginap di Hotel Tertentu
Belanja ketika naik pesawat Garuda juga bisa dapat poin. Atau kalau kita sewa mobil dengan rekanan Garuda (Avis) dan menginap di hotel rekanan (Swiss Belhotel dan Hilton) bisa juga dapat poin.

Kalau poinnya sudah banyak, tunggu dulu sampai ada program diskon award ticket Garuda Miles. Hehehe, emak-emak banget. Soalnya tarif penukaran tiket Garuda cukup mahal, dibanding Singapore Airlines misalnya. Contohnya, dari Surabaya ke Singapore dengan SIA cuma perlu menukar 7500 poin, sementara dengan Garuda harus menukar 12.500 poin. Padahal kurs tukar dari kartu kredit sama. Makanya sabarlah menunggu sampai ada diskon, kalau bisa sampai 50%.

Saya menukar poin Garuda Miles pas ada promo Hari Kebangkitan Nasional tanggal 29 Mei lalu. Lumayan, ada diskon 50%. Jadi untuk penerbangan dari Surabaya ke Denpasar yang tadinya perlu 4000 poin, cukup ditukar dengan 2000 poin saja. Empat ribu poin sudah dapat tiket pp SUB-DPS!

Sebenarnya saya mengincar rute yang lebih jauh, tapi poin saya nggak bakalan cukup untuk sekeluarga. Poin Garuda Miles bisa digunakan untuk membeli tiket orang lain (transfer award ticket), tapi harus bayar dan diambil ke kantor penjualan Garuda di kota masing-masing, tanpa diskon. Waktu itu saya menelepon Call Centre Garuda (021 2351 9999) dan memesan tiket untuk saya dan anak-anak pakai poin saya, sekaligus memesankan tiket Si Ayah dengan poin dia sendiri. Btw, tiket gratis ini nggak bener-bener gratis sih, karena kita masih harus bayar pajak. Saya bayar pajak Rp 260.000 untuk tiket pp SUB-DPS. Pembayaran pajak untuk penukaran pribadi bisa dengan kartu kredit melalui call centre (mesin IVR), nanti tiketnya akan dikirim via email. Tapi, pembayaran pajak tiket untuk orang lain (kasus saya, untuk anak-anak) harus melalui kantor penjualan Garuda. Hadeh! Kurang praktis sih, tapi demi gratisan saya rela berangkat juga.

Pelayanan call centre Garuda cukup baik dan efisien. Biar nggak salah ketika menyebutkan nama penumpang, coba hafalkan atau contek ejaan alfabet berikut ini:

A = Alfa
B = Bravo
C = Charlie
D = Delta
E = Echo
F = Foxtrot
G = Golf
H = Hotel
I = India
J = Juliet
K= Kilo
L = Lima
M = Mike
N = November
O = Oscar
P = Papa
Q = Quebec
R = Romeo
S = Sierra
T = Tango
U = Uniform

V = Victor
W = Whiskey
X = X Ray
Y = Yankee
Z = Zulu

Sebenarnya kalau nggak hafal ejaan resmi tersebut, bisa aja dieja suka-suka kita, misalnya M = mangga, N = nangka, asal sama-sama ngerti aja 😀

Dibanding pelayanan via telepon, pelayanan di kantor penjualan Garuda (dari pengalaman saya sih) lebih jelek. Ketika saya datang, terlihat tiga petugas, dengan satu petugas sedang melayani pelanggan. Saya disuruh menunggu oleh satpam. Dua petugas lain tidak sedang melayani siapa-siapa, entahlah kalau mereka khusus melayani member Gold atau Platinum :)) Lalu setelah orang sebelum saya selesai, tidak ada yang menyilakan saya untuk maju, sampai saya plerak-plerok meminta penjelasan. Baru 15 menit kemudian saya diberi tahu masih harus menunggu karena jaringan masih trouble. Syalala! Ketika jaringan sudah oke, petugas yang melayani saya, meski ramah, tampak kesulitan memasukkan password entah apa, dan malah bertengkar sendiri dengan temannya. Iki piye toh? Tiket beres juga sih akhirnya, tapi saya rasa perusahaan sebesar Garuda perlu meningkatkan layanan. Problem jaringan ini lagu lama dan sering sekali terjadi di perusahaan negara seperti bank Mandiri dan BRI. Padahal menterinya sudah ganti.

Meski lebih ribet daripada menukarkan tiket Singapore Airline yang semuanya bisa dilakukan via daring (online), akhirnya saya mendapatkan empat tiket pp untuk main ke Ubud pas Ubud Writer’s & Reader’s Festival (UWRF) bulan Oktober nanti. Alhamdulillah. Nanti nginepnya bisa gratisan juga pakai poin airbnb.

Puas? Untuk saat ini iya. Tapi saya masih penasaran pengen terbang first class dengan Garuda Indonesia. Yuk mulai ngumpulin Garuda Miles lagi! :p


~ The Emak
Follow @travelingprecil

Baca juga:


Staycation Surabaya: Hotel Swiss Belinn Manyar

Little A jumping on the bed

Senin pagi, ketika kami pulang dari berakhir pekan di Malang, kami mendapati jalan di depan rumah kami sudah dipasangi terop. Rupanya tetangga mau punya hajatan. Acaranya mulai jam 6 sore. Kami tahunya juga dari spanduk yang terpasang karena si tetangga tidak bilang permisi sama sekali ke kami. Yo wes, nanti tinggal pergi aja sorenya biar nggak pusing kena bising. E ternyata cek sound sudah dimulai jam 9 pagi, dengan suara dentuman speaker raksasa yang menggetarkan jendela rumah kami. Little A yang kebetulan libur karena ada UN SD sampai takut dan teriak-teriak. Waduh, kalau begini caranya harus keluar rumah nih, sebelum gendang telinga kami meledak. Saya dengan cepat mengais-ngais promo/kupon/poin yang saya punya untuk booking hotel. Mendadak Staycation!

Saya ingat punya voucher dari apps booking hotel di HOTELQUICKLY. Apps yang bisa dipasang di iOS maupun Android ini memang khusus untuk pemesanan hotel yang mendadak, untuk malam ini atau besok malam. Jadinya harga mereka bisa lebih murah, tentu saya sudah cek di toko sebelah 😀 Tambah diskon lagi. Lumayanlah, saya tinggal bayar harga setelah diskon dengan saldo Paypal hasil jualan voucher hadiah airbnb. Emak-emak nggak mau rugi banget! Booking via HotelQuickly prosesnya gampang, tampilan apps-nya pun sederhana dan menarik. Cuma ada beberapa pilihan hotel yang tersedia, jadi lebih cepat memutuskan. Saya pilih staycation di hotel yang cukup dekat dengan rumah: Swiss Belinn Manyar.

Oh, iya, yang pengen dapat voucher hotel juga sebesar Rp 170.000, bisa langsung pasang apps HotelQuickly di handphone dan masukkan promo code dari The Emak ya: AKUMA72. Lumayan kan diskon 170 ribu.

Kami naik taksi, dan nggak sampai setengah jam kemudian sudah sampai di hotel Swiss Belinn di Jalan Kertajaya (Manyar Kertoarjo). Little A seneng banget diajak nginep di hotel. Tidak lupa saya packing bikini Little A untuk berenang di sore hari. Untuk baju ganti Si Ayah dan Big A, saya ambil sembarangan saja karena terburu-buru. Mereka akan menyusul nanti sore sepulang kerja dan sekolah. Saya memberi tahu Si Ayah juga setelah mendapat kunci kamar. Biar dia pasrah manut saja, hahaha.

Meski cek in resminya baru bisa jam 2 siang, kami sudah boleh masuk kamar jam 11 siang, karena sudah ada kamar yang siap. Kata Mbak Resepsionis, untuk kamar non-smoking tinggal yang dua single bed, tapi bisa didempetkan. Ya udah, daripada kamar bau asap rokok kan? Cek in dengan pesanan dari HotelQuickly juga gampang kok, saya tinggal berikan print bookingan saya yang dikirim via email. Cukup perlihatkan KTP. Hotel ini tidak meminta uang deposit.


Kami mendapat kamar di lantai 11, paling tinggi. Lantai ini non-smoking floor, jadi tidak tercium asap rokok sama sekali. Alhamdulillah, kami alergi asap rokok je, bisa bengek nanti kalau ada asap sedikit saja. Kamarnya cukup luas, bersih, dengan dekorasi minimalis modern. Single bed-nya cukup lebar: 120 cm, jadi buat keluarga kami yang berukuran mini ini bisa cukup untuk berdua. Malah dua kasur didempetkan ini lebih nyaman buat kami berempat daripada berdesakan di satu kasur queen bed. Kasurnya King Koil, sudah jaminan mutu dan terasa sangat nyaman. Little A juga puas lompat-lompat di kasur 🙂

Kamar mandi dan toilet standar, tapi bersih. Tidak ada bathtub, hanya mandi pancuran. Amenities-nya juga standar: sabun, shampoo, sikat dan pasta gigi. Handuk bersih, tebal dan lembut. Ada safety deposit box untuk menyimpan barnag-barang berharga. Ada ketel listrik untuk menjerang air. Sayangnya teh dan kopinya minimalis banget, hanya ada satu teh celup dan dua sachet kopi plus creamer dan gula.

Fasilitas yang tidak ada di kamar ini adalah mini bar, jadi kami tidak bisa menyimpan makanan di kulkas mini. Tapi tidak begitu penting sih karena hanya menginap semalam. Yang penting, fasilitas TV kabelnya lengkap, ada chanel untuk anak-anak. Little A bisa anteng nonton Nickelodeon sementara Emaknya istirahat.

Untuk staycation kali ini, saya pilih hotel yang ada kolam renangnya, biar bisa berenang, nggak cuma numpang nginep doang. Swiss Belinn punya kolam renang di lantai lima, tapi tidak ada fasilitas gym. Setelah Si Ayah dan Big A menyusul ke hotel sorenya, kami berenang sampai matahari tenggelam. Dari kolam renang, kami bisa melihat apartemen yang belum jadi di sebelah rumah kami, dan juga bisa melihat atap sekolah Big A dan Little A. Haha, memang dekat sih hotelnya.

Lokasi Swiss Belinn cukup strategis. Di sebelah-sebelahnya banyak pilihan restoran, jadi kalau mau makan malam di luar hotel tinggal jalan. Restoran di dekat hotel dalam jarak jalan kaki 5-15 menit antara lain: KFC, Zenbu, Little Chicken, Steak Hut, Ayam Bakar Primarasa, Pondok Jenggolo, Restaurant Pantai Seafood dan Layar Seafood. Kami pilih makan di Primarasa, Si Ayah jelas lebih doyan masakan tradisional.

Di ujung kanan terlihat apartemen di sebelah rumah kami.

Bufet sarapan yang dihidangkan hotel cukup beragam, ala Barat dan ala Indonesia. Mulai dari roti, pastry, salad, nasi goreng, mie goreng, pecel, soto, tahu telor, sampai jajanan angkringan. Kami tentu pilih yang sehat-sehat dong. Si Ayah aja sarapan salad (ronde pertama sih, hehe). Duo lidah bule sarapan roti oles mentega. Sementara The Emak makan pecel, tanpa nasi!

Buah dan minuman yang disediakan juga beragam. Ada Mas-Mas yang menawarkan jamu beras kencur, kunir asam dan sinom. Ini rasanya seger banget. Tapi sayangnya, kopinya nggak enak. Nggak tahu deh, negeri penghasil kopi tapi jarang ada kopi enak terhidang di hotel. Missing link-nya di mana ya?

Kami tidak bisa berlama-lama sarapan karena Big A dan Si Ayah harus kembali ke sekolah. Setelah mereka pergi, saya dan Little A melanjutkan sarapan dengan makan banyak buah dan sayur. Little A habis semangkuk brokoli rebus!

Oh, iya, sebenarnya jatah sarapan hanya untuk dua orang per kamar. Karena anak-anak sudah besar, saya harus tambah ekstra. Biaya sarapan di Swiss Belinn Rp 110.000 per orang, sudah termasuk pajak. Untuk anak-anak antara 5-12 tahun bayar 50%. Kalau kalian booking hotel di HotelQuickly, cek dulu apakah tarif sudah termasuk sarapan apa belum. Karena ada beberapa hotel yang sudah termasuk sarapan, ada yang belum.

Swiss Belinn Manyar hotel yang relatif baru, jadi interior dan dekorasinya masih tampak fresh. Hotel ini juga dekat (15 menit naik taksi) dengan ITS (Institut Teknologi Sepuluh November) Surabaya, jadi bisa jadi alternatif kalau ada kerabat yang wisuda atau menghadiri pernikahan di gedung ITS. Tapi nanti kalau apartemen kami di Pakuwon City sudah jadi, mending nginep di apartemen kami aja ya kalau liburan di Surabaya, bakalan nyaman untuk sekeluarga.

~ The Emak

Baca juga: 
Staycation in Surabaya: Hotel 88 Embong Kenongo

Derita Anak Citayam Nyari Mesin ATM

Semalam waktu saya lagi asyik aw aw sama Siti Badriah, tiba-tiba si Basri telepon…  (maksudnya nonton Siti Badriah di youtube yang lagi nyanyi   judulnya aw aw gitu…. Pada ngaco aja sih lu…. )

Ga ada hujan ga ada angin si Basri  bilang minta duit.
 
Emang duit neneknya  apa….  Lama ga  kontak sekalinya nelepon lagi BU #NGEREPOTIN….!

Sambil memelas kemudian dia ngerubah kalimat  “Yaelah ndre….

Komparasi Tabungan Remaja dan Anak muda dari 5 bank

Beberapa produk tabungan dibawah  bisa dijadikan pertimbangan teman-teman remaja dan anak muda yang ingin bikin tabungan plus ATM.

Gak mesti juga harus bikin di produk dan bank tersebut, karena ada produk tabungan  dari bank lainpun ada yang cocok  untuk  remaja dan anak muda.

Anak muda usia 17 yang sudah punya KTP misalnya, dia bisa bikin tabungan yang bersifat umum di bank mandiri, BRI atau

Menyusuri Sungai Sekonyer dengan Klotok

Klotok Borneo Lestari

Kami sudah pernah mencoba berbagai macam penginapan, mulai dari menginap di tenda, kabin, apartemen, motel, hostel, suite hotel bintang lima, campervan sampai terombang-ambing di kabin kapal feri menyeberangi Tasmania. Menginap dua malam di perahu klotok (atau kelotok) adalah pengalaman baru yang kami nanti-nantikan. Ternyata asyik kok, goyangnya nggak seberapa dan gak bikin mabuk. Malah berasa naik kapal pesiar 😀

Menginap di klotok adalah standar akomodasi ketika kita mengunjungi Tanjung Puting National Park. Di sini memang ada satu hotel dan beberapa homestay, tapi pengalaman yang lebih otentik adalah dengan Live On Board (LOB) di river house boat alias klotok ini.

Klotok adalah perahu tradisional Kalimantan yang dibuat dari kayu Ulin. Ukurannya bervariasi. Diberi nama klotok karena tadinya perahu ini menggunakan mesin bersuara keras, terdengar seperti “klotok klotok klotok”. Mesin kapal yang sekarang sudah lebih halus, tapi nama klotok masih menempel. Klotok kami ukuran kecil, sekitar 3 x 12 m, muat untuk berdua sampai berempat. Berenam mungkin cukup, tapi ruang geraknya terbatas. Klotok ini terdiri atas dua lantai. Lantai di bawah adalah untuk servis: tempat tidur kru, ruang kemudi, dapur dan kamar mandi. Sementara lantai atas untuk turis, terdiri dari lounge yang bisa disulap jadi tempat tidur di malam hari, ruang makan plus wastafel dan viewing deck di depan dan belakang.

Dari bandara Iskandar di Pangkalan Bun, kami naik taksi sekitar 30 menit sampai pelabuhan Kumai. Di sana, klotok kami sudah menunggu. Untuk sampai ke klotok, kami menyeberangi (melompati) klotok-klotok lain. Big A senang bagian lompat-lompat ini, sok pede tanpa dipegangi. Seru!

Begitu sampai di klotok, kami berkenalan dengan kru yang akan mendampingi kami selama 3 hari 2 malam. Ada Pak Syahrizal sebagai kapten kapal, Pak Pi’i sebagai pemandu (tour guide), Bu Atik sebagai koki dan Heri sebagai asisten. Terasa mewah banget bagi kami punya 4 asisten sekaligus, soalnya di rumah kami nggak ada ART, apalagi sopir.

Pelabuhan Kumai

Kondisi klotok kami cukup bersih dan nyaman, meski perabotnya sederhana. Selama menyusuri sungai Sekonyer, kami leyeh-leyeh di kasur tipis yang digelar di lounge. Angin yang membelai lembut membuat kami jadi ngantuk dan sukses tidur siang bergantian, dengan pose masing-masing :))

Menjelang malam, Kapten kapal akan mencarikan tempat yang nyaman untuk menambatkan kapal di pinggir sungai. Kami parkir di sebelah pohon yang penuh dengan kunang-kunang. Setelah makan malam, kru akan menyiapkan tempat tidur kami. Lounge disulap menjadi dua ‘kamar tidur’ lengkap dengan kelambu. Kami bisa tidur dengan nyenyak karena suasana malam sangat tenang. Sayangnya saya lupa membawa selimut (sarung Bali serbaguna yang biasanya saya bawa). Alhasil kami berebut sarung Si Ayah untuk selimutan. Mungkin bagi bule-bule, udara malam di Pangkalan Bun tidak dingin sama sekali, beda dengan yang kami rasakan. Selimut tipis sudah cukup kok. Nyamuk nakal tidak sampai mengganggu kami karena ada kelambu dan kami juga mengoleskan roll on anti nyamuk.

Malamnya tidur ditemani kerlip kunang-kunang, paginya kami dibangunkan oleh ocehan burung-burung.

Kamar mandi klotok cukup bersih dan tidak bau. Ada toilet duduk, tapi tanpa flush, jadi kami harus mengguyur toilet dengan menggunakan gayung. Air yang dipakai untuk mandi adalah air tanah (sungai kecil) di daratan, yang diambil di Pondok Tanggui dan air merah (air akar) di Camp Leakey. Sementara air untuk toilet adalah air sungai Sekonyer. Airnya cukup segar untuk mandi. Saya juga berhasil memaksa precils untuk mandi, setelah badan lengket oleh keringat gara-gara trekking. 

Dari dek kapal, depan dan belakang, kami bisa duduk santai menikmati pemandangan. Awalnya adalah vegetasi pohon nipah, kemudian berganti dengan daun-daun pandan hutan dan akhirnya vegetasi pohon hutan hujan tropis, dengan air sungai sebening air teh. Little A sempat menggambar dan membuat cerita tentang perjalanan kami. Ketika memasuki kawasan taman nasional, kami berkali-kali melihat hewan liar di alam, seperti monyet, bekantan, lutung dan orang utan. Kupu-kupu cantik tak terhitung banyaknya berseliweran di perahu kami.


Bagian yang paling mengasyikkan (setidaknya buat The Emak) dari jalan-jalan kali ini adalah: makanannya. Asyik karena nggak perlu masak, apalagi cuci piring, hehehe. Semua telah terhidang tepat saat jam makan. Makanannya enak karena bahannya segar dari alam dan dimasak di tempat. Menunya adalah olahan ikan dengan nasi, sayuran dan buah-buahan. Untuk sarapan pagi hari pertama kami dibuatkan pancake pisang (endeeees!) dan juga disediakan roti dengan berbagai macam olesan. Sarapan berikutnya kami dibikinkan nasi goreng. Baru kali ini juga saya ketemu yang namanya buah cempedak, yang memang banyak ditemukan di sana. Rasanya enak banget, perpaduan antara manisnya nangka dan creamy-nya durian. Baunya harum, tapi tidak semenusuk bau durian.
Untuk makanan ini, saya tidak minta macam-macam. Saya hanya bilang agar makanannya dibuat tidak pedas untuk anak-anak, tapi tetap disediakan sambal untuk Si Ayah. 

Selain makan berat, kami juga selalu diberi camilan dan soft drink atau jus dingin setiap kali selesai trekking. Duh, dimanja sekali pokoknya. Di kulkas rumah kami tidak pernah ada minuman bersoda, jadi Precils nyengir-nyengir bahagia boleh minum coke dan sprite selama liburan.

Ketika saya memesan paket liburan ini ke Kak Indra @bpborneo, saya belum tahu akan dapat klotok yang mana. Memang kami dikirimi contoh perahu kelotok dan menu makanan, tapi belum pasti dapat klotok yang mana. Dalam perjalanan ke Tanjung Puting NP, kami berbarengan dengan klotok-klotok lain beraneka rupa. Seperti biasa, klotok tetangga tampak lebih hijau, hahaha. Ada satu klotok tetangga yang mewah banget interiornya, dengan kasur spring bed dan mandi air panas. Bulenya yang naik cakep pula :p Tapi setelah kami pulang dan saya cek tarifnya, memang bukan kelas kami, hehe.

Saya merasa beruntung mendapat kru yang baik di klotok ini. Pak Pi’i, pemandu kami tadinya adalah koki, tapi kemudian berusaha belajar dan mengikuti kursus agar bisa menjadi pemandu. Dia belajar tentang taman nasional, margasatwa, konservasi orang utan dan juga bahasa Inggris dari pelatihan yang diadakan departemen pariwisata. Pak Pi’i ini senang dengan anak-anak dan bisa akrab dengan Little A. Ketika Little A capek trekking, Pak Pi’i mau menggendongnya di pundak. Untung badannya besar. Pak Pi’i juga yang selalu membawakan botol-botol air minum kami. Manja banget ya, dasar turis Indonesia :)) Di hari terakhir sebelum tugasnya selesai, dia sempat memberikan pelajaran sulap untuk Little A. Bonus!

Untuk liburan ke Taman Nasional Tanjung Puting ini saya memesan paket 3 hari 2 malam, yang termasuk antar jemput bandara, sewa klotok, bahan bakar, gaji kru, makan dan minum, dan tiket masuk ke taman nasional. Tarif 3D/2N untuk dewasa adalah Rp 1.750.000 per orang, sementara untuk anak-anak Rp 1.500.000 per orang. Total Rp 6,5 juta all in. Tinggal nambah tiket pesawat dari kota masing-masing ke Pangkalan Bun.

Yang nggak sanggup bermalam di perahu, bisa menginap di Rimba Ecolodge atau homestay yang ada di sana. Tapi dijamin, pengalamannya lebih seru kalau menginap di perahu, goyang-goyang kecilnya masih terasa sampai dua hari kemudian 🙂

Klotok tetangga, pakai spring bed
Penginapan Rimba Eco Lodge
Pak Pi’i, pemandu kami
Pak Syahrizal (kapten) dan Bu Atik (koki)

~ The Emak

Baca juga: 
Orang Utan Trip With Kids: Itinerary & Budget

Orang Utan Trip With Kids: Itinerary & Budget

Tom, penguasa Camp Leakey

Saya sudah bercita-cita mengunjungi Tanjung Puting National Park sejak lama, ketika pesawat ke Pangkalan Bun masih pakai baling-baling dan hanya ada dari bandara Semarang. Niatan saya menguat ketika mengunjungi Singapore Zoo dua tahun lalu. Di sana, orang utan kita dijadikan maskot dan diperlakukan istimewa. Sementara di sini kadang saya menemukan orang-orang yang menjadikan orang utan sebagai bahan olok-olok dengan teman. Waktu itu saya berjanji ke Little A untuk membawanya mengunjungi orang utan di habitat aslinya. “Their real home is in Indonesia?” tanya Little A. Yes!

Alhamdulillah trip mengunjungi orang utan ini bisa terwujud tahun ini ketika ada liburan paskah. Kami memesan tur 3 hari 2 malam. Di tulisan ini saya akan sharing rangkuman itinerary dan budgetnya dulu. Tentang klotok dan taman nasional Tanjung Puting akan saya tulis tersendiri. 

Bisa nggak sih mengunjungi orang utan di habitat aslinya bersama anak-anak? Bisa banget.

Day 1
Pesawat kami berangkat jam enam pagi dari Surabaya. Cuma diperlukan waktu 55 menit untuk terbang menuju bandara Iskandar di Pangkalan Bun. Selain dari Surabaya, Pangkalan Bun (PKN) bisa dicapai dari Jakarta (1 jam 15 menit), Solo dan Semarang. Maskapai yang melayani rute ini adalah Trigana Air dan Kalstar.

Keluar dari bandara, kami disambut guide yang mengantar kami ke pelabuhan Kumai, tempat klotok parkir. Perjalanan dari bandara Iskandar ke Kumai sekitar 30 menit. Setelah beres-beres sebentar dan berkenalan dengan kru klotok (river boat), kapal berangkat dari Kumai jam 9 pagi. Klotok berjalan pelan menyusuri sungai Sekonyer yang menjadi batas luar dari Taman Nasional Tanjung Puting. Di kiri kanan sungai kami melihat pohon-pohon Nipah yang daunnya digunakan sebagai atap rumah oleh penduduk lokal. Daun muda Nipah juga menjadi makanan orang utan.

Setelah tiga jam, klotok ditambatkan untuk istirahat dan makan siang. Jangan khawatir, makan siang sudah disiapkan oleh tukang masak yang ikut sebagai kru klotok. Kami tinggal makan saja. Manja banget ya orang Indonesia? Hehe.

Jam dua siang, kami melanjutkan perjalanan ke Tanjung Harapan. Dari tempat kami parkir klotok, cuma perlu waktu setengah jam. Dari dermaga, kami perlu berjalan kurang lebih setengah jam (1 km) ke tempat pemberian makan orang utan (feeding platform). Jalan setapaknya mulai dari tanah berpasir sampai tanah gambut yang becek dengan akar pohon yang menonjol. Ya namanya juga hutan :p Little A (6 tahun) kuat jalan sendiri. Untuk anak balita mungkin perlu digendong atau jalan pelan-pelan. Jadwal pemberian makan di Tanjung Harapan adalah jam tiga sore.

Sekitar jam tiga sore, petugas meletakkan dua karung buah-buahan dan satu baskom besar susu di feeding platform. Kami para turis (lebih banyak bulenya daripada orang Indonesia) menunggu kedatangan orang utan dengan harap-harap cemas, semua siap dengan gadget di tangan 😀

Kami termasuk beruntung karena bisa bertemu dengan Gundul, orang utan penguasa Tanjung Harapan. Saat musim buah begini, tidak banyak orang utan yang datang ke tempat pemberian makan karena mereka sudah cukup kenyang dengan buah-buahan di alam liar. Selain Gundul, ada beberapa orang utan dan bayi mereka yang ikut nimbrung minum susu, tentu dengan seizin si penguasa.

Sejam kemudian kami kembali naik ke kelotok dan mulai berburu Bekantan. Kalian ingat maskot Dufan? Nah, seperti itulah bekantan (Proboscis Monkey), monyet yang hidungnya panjang, yang merupakan endemik di Tanjung Puting. Kami menemukan banyak bekantan yang nongkrong di pucuk pohon, menunggu matahari terbenam. 

Makan malam alias candle lit dinner disajikan pukul tujuh. Guide kami mencarikan tempat berlabuh yang banyak kunang-kunangnya. Klotok bagian atas disulap menjadi tempat tidur, lengkap dengan kelambu untuk menangkal nyamuk dan serangga. Sayang sekali di langit tidak terlihat bintang karena mendung. Kami tidur ditemani suara-suara binatang malam.

Jalur trekking menuju Tanjung Harapan
Gundul, penguasa Tanjung Harapan

Day 2
Kami bangun disambut oleh suara-suara burung yang bersahutan. Sarapan disajikan jam 6.30. Menunya roti panggang dengan macam-macam olesan dan banana pancake. Yummy. Sambil sarapan, klotok tetap berjalan karena kami tidak ingin terlambat ke Pondok Tanggui. Jadwal pemberian makan di Pondok Tanggui adalah jam sembilan pagi.

Sekitar dua jam kemudian kami sampai di dermaga Pondok Tanggui. Trek menuju feeding platform juga sekitar 1 km, dapat ditempuh dengan jalan santai kurang lebih setengah jam. Belum sampai ke tempat pemberian makan, kami sudah melihat orang utan yang leyeh-leyeh di pohon bersama bayinya: Ricak dan Robby. Anak orang utan diberi nama sesuai huruf awal ibunya. 

Ternyata tidak ada orang utan yang datang di feeding platform Pondok Tanggui. Kami dan turis lainnya menunggu sampai satu jam, tidak ada seorang pun, eh, seekor pun yang datang. Yah gimana lagi, mungkin mereka sudah tercukupi kebutuhannya di dalam hutan. Akhirnya kami trekking untuk melihat vegetasi yang ada di sekitar hutan Pondok Tanggui. 

Dari Pondok Tanggui kami melanjutkan ke Camp Leakey, sekitar dua jam perjalanan. Kami makan siang di jalan, masih dengan menu ikan segar yang baru saja dimasak. Jadwal pemberian makan di Camp Leakey adalah jam dua siang. 

Trekking dari dermaga Camp Leakey menuju feeding platform cukup jauh, dua kali lipat dari camp sebelumnya. Kami butuh waktu 45 menit berjalan dengan kecepatan sedang. 

Hari ini kami beruntung bisa bertemu dengan Tom, alpha male di Camp Leakey. Penguasa hutan ini umurnya 35 tahun dan punya kekuatan delapan orang dewasa. Jadi memang aturannya kita tidak boleh dekat-dekat dengan orang utan, apalagi mengajak selfie. Ingat, ini habitat asli mereka, bukan kebun binatang. Setelah bertemu Tom, kami sempatkan singgah di information centre untuk melihat foto-foto dan display pengetahuan tentang orang utan. Tahu nggak kalau DNA orang utan 97% sama dengan DNA manusia? 🙂

Di sebelah information centre adalah rumah Dr Birute Galdikas yang pertama kali meneliti orang utan di Tanjung Puting sejak tahun 1971.

Jam empat sore kami pergi dari Camp Leakey. Pak Pi’i, guide kami menawarkan trekking malam untuk melihat binatang-binatang nocturnal di Pondok Ambung, tapi kami sudah terlalu capek dan anak-anak juga tidak mau. Hahaha, turis malas :p 

Sebagai gantinya, kami bisa melihat gerhana bulan dari deck klotok dan makan malam bersama ribuan bintang yang terlihat benderang di langit. Karena kecanggihan kamera kami tidak bisa mengabadikan keindahan bulan dan bintang-bintang di malam hari, semuanya kami rekam baik-baik dalam ingatan. Sambil nyanyi lagunya Ed Sheeran ‘… kiss me under the light of a thousand stars…’

Keluarga precils di Camp Leakey

Day 3
Hari ini kami sudah harus balik lagi ke kota, meninggalkan sungai dan hutan yang tenang dan damai. Sarapan dihidangkan jam tujuh. Kemudian jam sembilan kami berangkat menuju Sekonyer Village untuk berjalan-jalan dan melihat suasana desa di tepi sungai Sekonyer ini. Dulu, penduduk ini tinggal di dalam taman nasional, tapi kemudian dipindah ke sini dan beranak pinak.
 

Sambil berjalan kembali ke pelabuhan Kumai, kami makan siang awal, sekitar jam sebelas. Jam dua belas siang kami sudah sampai di Kumai. Setelah berpamitan dengan kru klotok, kami diantar ke bandara dan bisa langsung cek in menuju Surabaya.
 
Sebenarnya ada itinerary untuk 2 hari 1 malam yang bisa dilakukan di akhir pekan. Tapi itinerary 2D/1N ini cukup padat dan melelahkan. Di hari pertama (pagi hari) kita diantar langsung menuju Camp Leakey, camp yang paling jauh dari pelabuhan Kumai. Perjalanan bisa sampai enam jam. Baru di hari kedua, klotok berbalik arah dan singgah di Pondok Tanggui dan Tanjung Harapan, sekalian kembali ke pelabuhan Kumai.

Klotok alias River Boat yang kami sewa

BUDGET
Saya memesan tur ini ke Kak Indra dari @bpborneo. Tarif tur sudah all in termasuk transfer dari bandara ke pelabuhan Kumai, sewa klotok + bahan bakar, gaji kru (kapten, cook, asisten), guide, tiket masuk taman nasional, tiket kamera, biaya parkir klotok, makan 7 kali, camilan beserta teh kopi soft drink. Kami tinggal beli tiket pesawat (saya beli via Traveloka) dan bawa badan saja.

Tiket pesawat Trigana Air SUB – PKN pp       4x 1.150.000 = IDR 4.600.000
Tour all in Adult                                         2x 1.750.000 = IDR 3.500.000
Tour all in Children                                     2x 1.500.000 = IDR 3.000.000

TOTAL (4 orang ) = IDR 11.100.000

Pengeluaran lain (opsional) untuk membeli suvenir dan tip kru (kalau mau memberi).

Sebelum memutuskan ngetrip dengan Backpacker Borneo, saya sudah cek toko sebelah, dan memang Kak Indra yang tarifnya paling terjangkau buat kami. Satu kapal klotok bisa eksklusif untuk keluarga kami saja, empat orang. Tentu kalau ngetrip dengan lebih banyak orang, jatuhnya akan lebih murah per-orangnya. Klotoknya juga akan dapat yang lebih besar. Tapi rata-rata fasilitasnya sama, hanya furniture dan dekorasinya saja yang berbeda. Harga yang lebih mahal biasanya dapat kapal yang lebih baru dengan interior yang lebih bagus.

Sebelum memutuskan ngetrip dengan siapa, coba cek dulu beberapa operator tur yang aktif di sosial media ini:
1) Tukang Jalan
2) Kakaban Trip
3) Ibu Penyu

Kalau ingin naik klotok yang lebih fancy, bisa pesan klotok langganan emak-emak Ostrali ini. Tapi tarifnya dolar 😀 http://www.borneotour.org

Atau kalau nggak sanggup tidur di kapal dan nggak bisa hidup tanpa AC dan mandi air panas, bisa menginap di hotel satu-satunya di sana. Cek langsung di http://rimbaecolodge.com 

Saya sendiri memilih Kak Indra yang putera Borneo asli. Cek blognya di sini, dan website turnya di sini.

Tur mengunjungi orang utan di habitat aslinya ini sangat menyenangkan karena perjalanannya santai. Bagi anak-anak, ini pengalaman istimewa yang akan mereka kenang dan bisa mereka ceritakan ke teman-temannya. Bisa jalan-jalan di hutan, tidur di kapal, mandi dengan air sungai, melihat bintang, melihat orang utan, bekantan, monyet, lutung, gibon, ratusan kupu-kupu di rumahnya sendiri. Pengalaman seperti ini tidak bisa mereka dapatkan di kebun binatang dalam kota.

~ The Emak

Baca juga: 

Menyusuri Sungai Sekonyer dengan Klotok

Mengganti Kartu ATM Magnetic ke ATM Chip

Bank Indonesia mengarahkan  perbankan nasional  agar mengganti kartu ATM / Debet  teknologi  Magnetic stripe menjadi teknologi berbasis Chip paling lambat 31 desember  2015.

Apakah bank tempat anda menabung telah melakukan migrasi itu?  Apakah kartu ATM yang  saat ini dipegang sudah menggunakan Chip?  Kita bahas disini.

**
Btw, saya agak khawatir menulis artikel ini. Khawatir  bikin pusing