View dari kamar No 552 |
Libur Idul Adha tahun ini, kami pengen staycation di Jogja bareng rombongan sirkus keluarga besar. Terus terang aja kami belum pernah menginap di hotel manapun di Jogja, lha wong punya rumah di dekat sini kok 🙂 Mumpung punya voucher Agoda, sekali-sekali nyoba hotel di Yogyakarta.
Tadinya saya dan Diladol, adik saya tercintah pengen nyobain hotel-hotel baru di Jogja. Memang banyak banget hotel baru yang dibangun di Jogja dua tahun belakangan ini, seperti cendawan di musim hujan. Mulai dari hotel bintang tiga sampai bintang lima. Kali ini kami pengen hotel yang: 1) punya kolam renang untuk anak dan 2) sarapannya enak. Lokasi nggak masalah karena kami bawa mobil sendiri. Dari sini kami coret daftar hotel bintang 3 karena nggak ada kolam renangnya.
Hotel-hotel baru di Jogja yang masuk incaran kami adalah: The 101 Tugu (dekat Tugu Jogja, tentu), Grand Zuri (dekat stasiun Tugu), dan Grand Aston (Jl. Solo). Ada teman yang merekomendasikan Tentrem, hotel bintang lima baru yang terkenal punya tempat main (indoor play area) yang besar banget. Tapi saya kurang sreg sama hotel ini. Teman lain merekomendasikan Santika Premier (Jl. Sudirman) yang menu sarapan tradisionalnya paling top se-Jogja. Lokasi Santika juga gak jauh sih dari Tugu dan Malioboro, bisa naik becak.
Tapi akhirnya kami pilih Melia Purosani, dengan alasan ini hotel bintang lima yang tarifnya paling murah. Persis prinsip Si Ayah banget. Hotel bintang lima di ‘belakang’ Malioboro ini sudah berdiri sejak 1995. Zaman SMA dulu, sudah ratusan kali saya lewat tikungan depan hotel pinky ini dan hanya bisa memandang kagum 😀 Kami memesan hotel ini via Agoda, setelah membandingkan harga di Hotelscombined. Tarif Agoda memang paling murah, bahkan dibanding dengan memesan online dari website hotel. Lagipula, saya memang ingin memakai poin Agoda. Kami memesan 3 kamar dengan tarif Rp 730 ribu per kamar per malam, termasuk pajak dan sarapan.
Kami datang di hari Minggu jam 2 siang, tepat saat cek in dibuka. Nggak mau rugi dong. Pelayanan resepsionis cukup ramah, tapi proses cek in lumayan lama. Seminggu sebelum cek in, saya sudah mengirim email meminta connecting room dan satu baby cot (boks bayi). Jam dua siang, baru ada dua kamar yang siap, itu pun bukan connecting rooms. Ya sudah nggak papa. Kami diberi kamar di level yang tinggi agar tidak berisik dan menghadap ke kolam renang, sesuai permintaan saya di email.
Setelah mendapat kunci, precils langsung melesat ke kamar. They looooove hotels :p Little A langsung loncat-loncat di kasur, sebelum saya usir karena harus difoto dulu sebelum kusut, hehe. Saya cek kelengkapan kamar dan kamar mandi, semua bersih dan rapi jadi tidak perlu komplain.
Kamar yang saya dan duo precils tempati nomor 552, dengan pemandangan ke kolam renang. Kasurnya queen bed, cukuplah untuk tidur bertiga. Sayang sekali Si Ayah harus masuk kerja hari Senin, jadi tidak bisa ikut menginap di hotel. Tapi Si Ayah sempat mencoba kolam renangnya dengan Little A. Di pojok kamar ada 2 seater sofa, coffee table dan meja kerja. Kamar mandinya cukup besar dengan bak mandi (bathtub) dan pancuran (shower) terpisah. Wastafelnya kelihatan tua dan letih, minta direnovasi. Tapi secara umum cukup bersih.
Amenities di kamar mandi lengkap banget: sabun, shower gel, shampoo, kondisioner, sisir, kikir kuku, cukuran, body talc, body lotion, alat jahit, sikat gigi, pasta gigi, penggosok sepatu, shower cap bahkan deterjen. Di atas bak mandi juga ada tali jemuran yang bisa untuk jemur pakaian renang. Hotel juga menyediakan dua botol air mineral gratis. Cuma yang saya heran, botolnya kecil banget, nggak bakal cukup untuk seharian. Minibar menyediakan teh dan kopi gratis, dengan gula dan krimer. Ada hadiah kecil khusus kamar ini yaitu sandal batik yang bisa dipakai di rumah. Lumayan 🙂
Kamar yang ditempati Bapak dan Ibu saya nomor 548, selisih satu kamar dengan kamar saya. Interiornya sama persis, hanya saja ada balkonnya. Di balkon ada dua kursi untuk duduk-duduk. Dari balkon bisa melihat pemandangan kolam renang dan sisi hotel bagian dalam. Kamar mandinya sama, televisinya juga sama. Kami senang karena chanel kabelnya lengkap, mau nonton apa saja bisa: berita, film, petualangan, tayangan anak, olahraga, musik, dan lain-lain. Bapak saya senang bisa nonton Nat Geo Wild seharian. Beliau sampai nanya apa bisa dipasang di rumah, hehe.
Sementara Ibu saya senang bisa mandi berendam. Beliau mengaku mandi berendam dua kali biar nggak rugi bayar hotelnya, hehe. Ketahuan kan prinsip ngiritisme The Emak menurun dari siapa? 😉
View dari balkon kamar 548 |
View dari kamar 544 |
King bed di kamar 544 |
boks bayi gratis |
Begitu selesai menaruh barang di kamar, kami langsung turun untuk berenang. Suasana kolam dan sekelilingnya sangat nyaman, cocok untuk bersantai. Sore itu cuma ada beberapa bule yang leyeh-leyeh di kursi malas. Little A langsung nyemplung dan senang banget bisa perosotan berkali-kali. Baby K yang hampir satu tahun usianya juga nyemplung berbekal pelampung leher. Tapi cuma bisa sebentar karena airnya dingin. Saya juga menyempatkan berenang beberapa kali putaran. Cuma agak susah juga karena bentuk kolamnya free form. Kolam seperti ini cuma cocok untuk main-main dan leisure swimming saja, bukan untuk olahraga serius.
Di sebelah kolam renang ada fasilitas bilas yang cukup bersih dan nyaman, dengan bilik pribadi dan pancuran air hangat. Kolam ini buka dari pukul 8 pagi sampai 8 malam.
Selesai berenang, kamar ketiga yang kami pesan siap. Kamar nomor 544 ini punya kasur ukuran king yang besar banget. Untuk tidur berempat pun cukup. Di kamar ini juga ada baby cot seperti yang sudah saya pesan. Kamar ini ditempati Diladol, Suami Siaga dan Baby K.
welcome drink: jus terong belanda |
Ketika cek in kami diberi kupon welcome drink yang bisa ditukar dengan minuman di bar. Menu hari itu jus terong belanda yang ternyata enak, asem-asem seger gitu. Kami minum-minum di bar setelah makan malam di luar. Tadinya kami ingin mencoba Ayam Goreng Bu Tini, tapi karena sudah tutup, kami melipir ke Bebek Cak Koting di depan eks bioskop Mataram. Banyak pilihan makan malam di Jogja yang lebih enak dan lebih murah daripada di hotel 🙂 Melia dekat sekali dengan Malioboro, cukup 15 menit jalan kaki. Malam hari bisa jalan kaki sampai ke toko Mirota Batik, ujung jalan Malioboro untuk belanja-belanji oleh-oleh sekaligus makan malam di Kafe Oyot Godhong. Yang nggak kuat terbiasa jalan kaki bisa naik becak yang mangkal di samping hotel.
Paginya, kami sengaja mruput sarapan, ketika suasana masih sepi. Kami memilih duduk di sofa di pojok. Tak lupa meminta kursi makan bayi untuk Baby K. Keuntungan sarapan awal, menu makanan masih lengkap, tidak perlu antre dan… masih banyak waktu untuk ambil berkali-kali. Sesuai prinsip ‘jangan sampai rugi’, kami mencoba semua makanan, sedikit-sedikit. Precils yang berlidah bule, seperti biasa sarapan roti dan olesan, disusul sosis dan kentang wedges (sayangnya tidak ada hash brown kesukaan Big A). Sementara saya, mewajibkan diri mencoba bubur ayam di setiap hotel. Buryam Melia saya kasih nilai 7, cukup enak dan gurih, tapi tidak spesial. Nasi kuningnya juga biasa saja. Kalau roti dan pastry-nya bolehlah, ada pilihan whole wheat, sordough dan baguette.
Yang membuat saya senang, Bapak dan Ibu saya menikmati sekali sarapan di hotel. Ibu saya mencoba semua makanan ‘aneh-aneh’ yang tidak biasa beliau makan sehari-hari. Ibu senang sekali dengan baked beans, yang beliau makan bersama dengan… nasi goreng, hahaha. Bapak saya juga senang mencoba beberapa makanan, meski tidak sebanyak ibu.
Sayangnya makanan enak-enak ini tidak ditemani dengan kopi enak pula. Sepertinya kopinya cuma standar kopi sachet seperti yang tersedia di minibar kamar. Padahal negara ini punya kopi-kopi lokal yang rasanya khas dan nikmat. Mestinya nanti hotel-hotel bintang lima seperti ini bekerja sama dengan artisan kopi lokal di wilayahnya untuk menyuguhkan kopi andalan.
Kenyang, kami istirahat, beres-beres sebentar dan cek out sekitar jam 9.30. Ibu saya ingin segera kulakan bahan untuk tokonya, hahaha. Alhamdulillah, staycation kali ini sukses dan semua senang. Staycation berikutnya, enaknya ke hotel mana ya?
~ The Emak
Follow @travelingprecil
Baca juga:
Indrayanti Sang Primadona Gunung Kidul
Griya Pesisir Pantai Pulang Sawal[review penginapan]